Daftar Isi
-
Stevi – Founder, Greeneighbour Indonesia -
Abdi, Aktivis Pembelajaran Anak Bulukumba -
Fafa, Penyelam dan Aktivis Konservasi Laut Di Kepulauan Anambas -
Alvian – Founder, Literasi Anak Banua -
Ebi – Vice Coordinator, Social Justice Indonesia -
Gita – Founder, Plan to End Violence -
Kevin, Inisiator #WeAreEnough -
Theresia – Director of Creative, Economy for Ecology -
Yuventa, Aktivis Kesetaraan Gender Asal NTT -
Zahra – Founder, Envolvement.id -
Berkolaborasi Memberdayakan Anak Muda Lewat SAFE dan EcoVibes -
SAFE (Student Action For Environment) for Climate and Gender -
EcoVibes
Jakarta –
Kaum muda Memiliki peran yang krusial Di merespons krisis iklim. Mereka Memiliki potensi Untuk menciptakan perubahan positif Bersama menyuarakan aspirasi, mengedukasi Kelompok, Membuat solusi kreatif, hingga mengadvokasi Aturan yang inklusif.
Hal inilah yang dilakukan Dari 10 kaum muda Indonesia Di berbagai Lokasi ini. Mereka tergabung Di Inisiatif Youth Leadership Academy (YLA) Di Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), dan telah melakukan berbagai inisiatif hadapi krisis iklim yang berperspektif gender Bersama mengedukasi lingkungannya masing-masing.
Siapa saja mereka? Yuk, kita kenalan!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stevi – Founder, Greeneighbour Indonesia
10 Kaum Muda Inspiratif Ini Bergerak Nyata Hadapi Krisis Iklim Foto: (Dokumentasi Plan International Indonesia)
|
Stevi (22) menaruh perhatian serius Di Aturan dan advokasi Topik lingkungan. Hal ini mendorongnya Untuk mendirikan Greenneighbour Indonesia. Ia Mengeluarkan panel surya kepada nelayan lokal Hingga Jakarta Utara Untuk Memperbaiki stabilitas dan kepastian harga energi, Memangkas biaya operasional berlayar, mempermudah kegiatan penangkapan ikan Untuk nelayan malam hari, serta menerapkan praktik kelautan dan perikanan yang berkelanjutan Agar tidak lagi bergantung Di bahan bakar fosil. Atas Unjuk Rasa-Unjuk Rasa nyata yang telah dilakukan Stevi, ia mewakili Youth Leadership Academy Di The Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMCDRR) 2024 Hingga Manila, Filipina.
Abdi, Aktivis Pembelajaran Anak Bulukumba
![]() |
Abdi (21) bekerja Hingga Nirma Kalanting Foundation, sebuah inisiatif akar rumput yang memberdayakan kaum muda Di memperkuat suara kelompok marginal dan Merangsang solusi berkelanjutan Untuk keadilan sosial Hingga Bulukumba, Sulawesi Selatan. Abdi telah melakukan berbagai macam kegiatan sosial, termasuk Menyediakan pelatihan Pembelajaran lingkungan kepada anak-anak Hingga desa-desa. Berkat dedikasinya Pada pemberdayaan Kelompok dan Pembelajaran, Abdi pernah terpilih menjadi delegasi resmi Indonesia Di kegiatan UN ECOSOC Youth Forum 2023.
Fafa, Penyelam dan Aktivis Konservasi Laut Di Kepulauan Anambas
![]() |
Sebagai Dibagian Di Anambas Foundation, Fafa (24) beserta timnya menginisiasi berbagai proyek Untuk melindungi ekosistem laut, termasuk restorasi terumbu karang dan Studi kelautan. Di 2023, ia dan timnya juga memulai proyek “Penjaga Laut Anambas” sebuah inisiatif pemberdayaan kaum muda setempat yang melatih 10 orang, termasuk perempuan, Untuk menjadi penyelam tersertifikasi dan membantu proyek rehabilitasi terumbu karang. Hingga 2024 seluas 2.714 meter persegi area rehabilitasi karang Hingga Anambas sudah melibatkan 10 pahlawan lokal Di perlindungan dan monitoringnya.
Alvian – Founder, Literasi Anak Banua
![]() |
Dari usia 16 tahun, Alvian (23) telah berkomitmen Untuk mengatasi masalah literasi yang rendah Hingga desa-desa terpencil, terutama Hingga Kalimantan Selatan. Bergerak Di keresahan melihat Mutu Pembelajaran yang kurang baik, Alvian mendirikan komunitas Literasi Anak Banua. Bersama organisasi tersebut ia berhasil membangun 17 perpustakaan, Menyediakan pendampingan Pembelajaran kepada 2.000 anak, mendistribusikan 10 ribu Literatur, menurunkan angka buta huruf hingga 40 persen dan angka putus sekolah sebesar 60 persen Melewati kurikulum khusus. Atas keberhasilannya, Alvian diundang Untuk menjadi salah satu anak muda yang berperan Di penyusunan “Green Curriculum” tahun 2024 Dari UNESCO serta Merasakan berbagai rekognisi internasional seperti Diana Award.
Ebi – Vice Coordinator, Social Justice Indonesia
![]() |
Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, Ebi (21) meyakini bahwa setiap aspek kehidupan dipengaruhi Dari keputusan politik. Didorong Bersama keyakinan tersebut, ia bersama teman-temannya mendirikan Social Justice Indonesia (SJI), sebuah organisasi yang berkomitmen mengkampanyekan dan mengadvokasi hak-hak kelompok marginal serta Merangsang keadilan sosial Hingga Indonesia. Melewati SJI, Ebi aktif mengampanyekan kesadaran sosial Bersama mengangkat Topik-Topik mencakup gerakan politik anak muda, ruang hijau, Perancangan kota yang aman dan inklusif, keadilan sosial, dan masih banyak lagi.
Gita – Founder, Plan to End Violence
![]() |
Melihat Kebugaran sekitarnya yang masih rentan Pada Kekejaman, akhirnya Merangsang Gita (20) mendirikan Plan to End Violence, yang Berorientasi Di penyelesaian Kekejaman Hingga sekolah Melewati pendekatan Pembelajaran sebaya, Dukungan korban, dan advokasi. Tak hanya itu, kepekaan Gita Pada Di telah melahirkan Pencalonan Politik bersama Bicara Udara yang Berorientasi Di komunikasi efektif Bersama kaum muda, komunitas perempuan, dan lembaga pemerintah mengenai cara Memangkas pembakaran sampah Hingga tingkat akar rumput. Melewati Pencalonan Politik ini, ia dan teman-temannya juga mendukung penggunaan bank sampah Untuk manfaat ekonomi dan lingkungan. Dampak nyata Di Pencalonan Politik ini terlihat Di peningkatan 20% jumlah nasabah bank sampah Setelahnya Kegiatan serta kenaikan 11% Di volume sampah yang ditimbang Di sesi berikutnya.
Kevin, Inisiator #WeAreEnough
![]() |
Kevin (24) adalah pendiri #WeAreEnough, sebuah gerakan yang berkomitmen Untuk mengakhiri perundungan Hingga Indonesia. Dari didirikan, gerakan ini telah menjangkau lebih Di 5.000 anak muda secara langsung dan mengedukasi ribuan lainnya Melewati Pencalonan Politik digital. Di ini, Kevin juga memimpin Climate Resilience & Rethinking Waste Project yang menargetkan 150 peserta Di komunitas pesisir, organisasi kepemudaan, dan pemangku Aturan lokal, Bersama tujuan membangun ketahanan iklim berbasis komunitas serta Mengeluarkan ekonomi sirkular sebagai solusi inovatif Pada pengelolaan limbah dan Krisis Lingkungan.
Theresia – Director of Creative, Economy for Ecology
![]() |
Theresia (19) Memahami bahwa Kendati krisis iklim mempengaruhi banyak aspek kehidupan, Akan Tetapi masih banyak orang yang belum sadar Berencana urgensinya. Dari Sebab Itu, sebagai Director of Creative Economy for Ecology, Theresia menciptakan berbagai kegiatan menyenangkan Untuk Memikat perhatian Kelompok agar lebih peduli Pada Topik iklim. Dari memulai gerakan ini, mereka telah berhasil mempengaruhi lebih Di 300 orang Hingga Jakarta Untuk bergabung Di gerakan ekonomi hijau dan Krisis Lingkungan. Hingga 2023, Theresia mengumpulkan USD 550 Di Produk-Produk daur ulang Hingga lingkungan sekitarnya dan menyumbangkannya kepada tunawisma, bekerja sama Bersama World Link, Lion Club, Leo Club Hanford, dan Sierra Pacific High School.
Yuventa, Aktivis Kesetaraan Gender Asal NTT
![]() |
Yuventa (18) merupakan seorang fasilitator sebaya yang aktif Di mengedukasi Kelompok Untuk mencegah perkawinan anak. Ia menyoroti bahwa perkawinan anak tidak hanya menghambat Pembelajaran dan Potensi ekonomi Untuk anak perempuan, tetapi juga memperdalam kesenjangan gender. Samping Itu, Yuventa turut mengampanyekan Upaya Mencegah Kekejaman Pada perempuan dan anak.
Zahra – Founder, Envolvement.id
![]() |
Zahra (24) mulai terlibat Di Topik sosial dan lingkungan Dari ia berusia 16 tahun. Penghayatan Berkunjung Hingga kamp Pencari Suaka korban Genangan Air bandang Hingga Garut membuka matanya Pada pentingnya pengurangan risiko bencana dan Krisis Lingkungan. Setelahnya lulus kuliah, Zahra mulai terjun Hingga bidang pengelolaan sampah, dan bersama timnya Memangkas lebih Di 100 ton sampah plastik. Zahra pun mendirikan Envolvement.id, sebuah inisiatif yang sudah melatih 35 pemimpin muda Di advokasi iklim.
Berkolaborasi Memberdayakan Anak Muda Lewat SAFE dan EcoVibes
Sepuluh anak muda Indonesia Bersama semangat perubahan ini tidak hanya Membuat inisiatif Hingga lingkungan mereka masing-masing, tetapi juga berkolaborasi menciptakan dua gerakan kolektif yakni SAFE for Climate and Gender dan EcoVibes. Apa itu SAFE dan Ecovibes? Yuk, kenalan Bersama project mereka!
SAFE (Student Action For Environment) for Climate and Gender
Ebi, Stevi, Abdi, Yuventa, dan Alvian tergabung Di satu kelompok proyek bersama. Di proyek ini mereka Memperbaiki kesadaran siswa SMA/sederajat Hingga lima sekolah Hingga Indonesia mengenai krisis iklim dan dampaknya Pada perempuan. SAFE Merangsang Unjuk Rasa nyata Hingga sekolah Bersama membangun recycle corner dan mengumpulkan sampah organik Untuk Lalu dimanfaatkan Di lubang resapan biopori sebagai Ilmu Pengetahuan sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan.
EcoVibes
Hingga sisi lain, Kevin, Gita, Fafa, Zahra, dan Theresia tergabung Di satu kelompok dan mencetuskan inisiasi EcoVibes, sebuah proyek yang menargetkan peningkatan praktik hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle) sejalan Bersama tujuan Unjuk Rasa iklim. Bersama fokus mengatasi masalah pengelolaan limbah, Inisiatif ini menargetkan pemuda dan perempuan berusia 15-24 tahun Di kelompok sosial ekonomi rendah Hingga Jakarta, Bandung, Cianjur, dan Anambas.
Dimulai Bersama penyuluhan tentang ketahanan iklim, proyek ini Lalu diikuti Bersama workshop pengolahan sampah Hingga mana mereka mengajak Kelompok Untuk berkontribusi Di Memangkas dampak Krisis Lingkungan Melewati berbagai praktik pengelolaan limbah, seperti mendaur ulang sampah Rumah tangga menjadi Produk bernilai guna, menerapkan Cara eco-print, budidaya maggot (belatung), serta pengolahan plastik kemasan sekali pakai.
(nwk/nwk)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: 10 Kaum Muda Inspiratif Ini Bergerak Nyata Hadapi Krisis Iklim