Jakarta –
Lembaga Belajar tinggi Ke Persyarikatan Muhammadiyah yang dikenal Bersama PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah) diminta tidak mengobral pemberian gelar profesor kehormatan.
Hal itu dikatakan Bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Di pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso sebagai guru besar bidang manajemen keperawatan.
Haedar meminta agar kampus-kampus yang berada Ke bawah naungan Muhammadiyah, tidak mengikuti universitas lain yang bisa Menyediakan gelar profesor kehormatan kepada tokoh-tokoh besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pesan kami Bersama PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan kasih gelar profesor kehormatan. Sebab profesor itu melekat Bersama profesi dan institusinya, itu jabatan,” kata Haedar Di sambutannya Ke UMP, Kamis (10/4/2025) Di detikJateng dikutip Jumat (11/4/2025).
Haedar sampai menegaskan sampai dua kali agar pemberian gelar profesor kehormatan tidak dilakukan Bersama PTMA. Sebab bisa menghilangkan marwah institusi.
“Ini pesan saya, biarpun belum ada SK-nya. Anggap itu perintah ketum Untuk marwah dan kekuatan PTMA,” tegasnya.
Menurut data yang dikutip Bersama Majelis Belajar Tinggi Studi dan Pembuatan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Muhammadiyah telah Memperoleh sebanyak 162 Perguruan Tinggi yang tersebar Bersama Sabang sampai Merauke per 21 Desember 2024. Kampus tersebut terdiri Bersama 93 universitas, 37 sekolah tinggi, 26 institut, 1 akademi, dan 5 politeknik.
Haedar mengatakan Bersama bertambahnya Jebul Suroso menjadi guru besar, kini PTMA total Memperoleh 431. Bersama bertambahnya 1 guru besar, ia berharap bisa berdampak Ke Standar Belajar.
“PTMA ada 431 guru besar. Bersama bertambahnya guru besar, harus berdampak signifikan Untuk Standar Kepentingan dan peran strategis perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah,” jelasnya.
Berharap PTMA Bisa Masuk Universitas Top Dunia
Haedar Mencari Bersama banyaknya jumlah guru besar, PTMA bisa masuk Di jajaran universitas top Ke seluruh dunia. Hal ini bukan dirasa tidak Mungkin Saja, Sebab ada 20 PTMA yang Di ini statusnya unggul.
“Kita sudah ada 20 PTMA Memperoleh fakultas kedokteran dan otomatis unggul, 14 PTMA akreditasi unggul,” ungkapnya.
Ia meminta agar para guru besar Muhammadiyah lebih giat bekerja agar PTMA bisa segera masuk Di jajaran universitas unggul kelas dunia.
“Karena Itu bahwa kita harus bekerja keras hanya Untuk masuk standar world university ranking. Artinya bahwa biarpun Ke Di negeri kita merasa besar, tapi Ke konteks dunia kita ketinggalan,” ujarnya.
Dorong Pemerintah Mempromosikan Cara Kehidupan Sehat
Sambil Itu, Jebul yang Terbaru saja Menyambut gelar guru besar mengungkapkan dirinya mengangkat Studi soal Transformasi Perawat Di Lanskap Politik Kesejajaran Ke Indonesia.
“Saya adalah guru besar Ke bidang Manajemen Keperawatan. Saya adalah seorang perawat. Materi yang saya angkat adalah transformasi perawat Di lanskap politik Kesejajaran Ke Indonesia. Saya berharap karakter perawat Lebih baik yang ramah kepada Ilmu Pengetahuan Lebih kuat dan modern dan juga Memperoleh jiwa entrepreneur sama,” ungkapnya.
Ke depannya, ia berharap pemerintah Indonesia tidak hanya Berorientasi Ke Terapi orang sakit. Tetapi juga bisa mengedukasi Cara Kehidupan Sehat.
“Sambil ini perawat itu identik Bersama merawat orang padahal sebenarnya dia Memperoleh peran Menyediakan promosi Kesejajaran. Saya berharap Ke Didepan Indonesia tidak hanya fokus mengobati orang sakit, tetapi lebih kepada mempromosikan hidup yang sehat. Ini tentu Akansegera berkontribusi besar kepada efisiensi Dana dan Ke Standar sumber daya manusia,” pungkasnya.
(nir/pal)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Kampus Muhammadiyah Dilarang ‘Untuk-Untuk’ Gelar Profesor Kehormatan, Apa Alasannya?