Jakarta –
26 Desember 2004 adalah duka Untuk Indonesia tatkala gempa dan Gelombang Laut Tinggi menerjang Aceh. Bencana Alam Didalam kekuatan M 9,1 tercatat sebagai salah satu yang terbesar Untuk sejarah dunia.
Kedahsyatan Gelombang Laut Tinggi tersebut tak hanya membuat Aceh porak poranda, tapi juga berdampak sampai Ke Negeri tetangga seperti Thailand, Justru hingga Ke Sri Lanka hingga India. Menurut laporan Organisasi Internasional sebulan Setelahnya bencana, korban jiwa diperkirakan mencapai lebih Didalam 200 ribu jiwa, termasuk anak-anak usia sekolah.
Catatan Dua Dekade Gelombang Laut Tinggi Aceh Di Sektor Belajar
26 Desember 2004
Gelombang Laut Tinggi Aceh diawali gempa berkekuatan M 9,1-9,3 yang terjadi Disekitar 7.59 WIB. Gempa ini berpusat Ke Samudra Hindia Di kedalaman hanya 10 kilometer.
Tak lama berselang, gelombang Gelombang Laut Tinggi Didalam ketinggian Disekitar 30 meter dan Kelajuan 360 km per jam menyapu Area yang dijuluki Serambi Makkah tersebut.
Laporan awal menyebutkan, Disekitar 45 ribu siswa dan 1.870 guru hilang. Tak hanya itu, lebih Didalam 1.900 sekolah rusak dan hancur tersapu kedahsyatan Gelombang Laut Tinggi.
2005
Mengutip arsip detikcom, tercatat Di Januari 2005, Disekitar 900-an lebih bangunan sekolah dasar rusak, juga ratusan bangunan sekolah menengah lainnya. Sekolah Ke Area Banda Aceh dan Aceh Besar yang masih berdiri, Setelahnya Itu mulai digunakan.
Disekitar hampir dua bulan Setelahnya Gelombang Laut Tinggi, sekolah mulai diaktifkan Sebagai anak-anak kembali bermain dan belajar. Ke Di Itu, Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Children’s Fund (UNICEF) juga membangun tenda darurat Sebagai ratusan anak sekolah usia jenjang TK-SMP.
Rehabilitasi dan perbaikan sekolah mulai dilakukan. Perbaikan ini datang Didalam Dukungan berbagai pihak, salah satunya Tanoto Foundation yang merekonstruksi SDN Peunaga Ke Meulaboh, Kab. Aceh Barat.
2006
Setahun lebih pascatsunami, proses pembangunan kembali gedung sekolah masih belum pulih. Menurut laporan detikcom Di 22 April 2006, Didalam seribu lebih bangunan sekolah yang hancur, Mutakhir 60 sekolah yang selesai dibangun.
Sempat terkendala soal dana, akhirnya berkat Dukungan berbagai pihak, Belajar Ke Aceh mulai dipulihkan dan perlahan bangkit. Beberapa Dukungan datang Didalam lembaga sosial hingga perguruan tinggi Ke Indonesia.
Salah satunya datang Didalam Pemerintah Australia, yang memperbaiki kembali dua sekolah Islam Ke Banda Aceh yakni Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Lampisang Ke Aceh Besar dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Merduati Ke Banda Aceh.
Secara keseluruhan, Dukungan lain juga datang Didalam lintas Negeri dan organisasi Sebagai Penyembuhan Ke Aceh, seperti Catholic Relief Service, The Salvation Army, Islamic Relief, Budha Tzu Chi, Turkish Red Crescent, GIZ Jerman, dan lainnya.
2007
Aceh masih terus melakukan Penyembuhan termasuk Di sektor Belajar. Pembangunan sekolah yang belum sepenuhnya pulih, tapi harus ditambah Didalam kenyataan jumlah anak putus sekolah yang tinggi.
Di 2007, sebanyak 58 ribu anak dilaporkan putus sekolah, 7.900 anak tidak bersekolah, dan hanya 1.500 anak yang bisa melanjutkan Ke perguruan tinggi.
Ke sisi lain, UNICEF masih terus membantu Didalam mulai membangun puluhan gedung sekolah permanen.
2008-2009
Di 2008, pembangunan gedung sekolah terus dilakukan. Salah satunya muncul sekolah dasar unggulan, yang Setelahnya Itu menjadi sekolah pendamping Sebagai Memperbaiki mutu sekolah lain, Ke Ditengah Penyembuhan Belajar Ke Aceh.
Penyembuhan dan rekonstruksi khususnya Pada sarana dan prasarana Belajar Ke kota Banda Aceh terus dilakukan hingga 2009 Melewati badan rekonstruksi dan rehabilitasi (BRR).
Menurut laporan studi Nasruddin dan Dr Erwan Agus Purwanto (2007) yang dilansir situs resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (27/12/2024), Didalam 286 sekolah (TK-SMA) yang ada Ke Banda Aceh, yang tertimpa Gelombang Laut Tinggi 174 sekolah (60,8%) negeri dan swasta.
Tetapi, yang selesai Ke bangun hanya mencapai 66 sekolah (39,9 %), dan yang belum dibangun 103 sekolah (59,2 %). Hal itu masih ditambah minimnya pemenuhan sarana seperti pustaka, laboratorium bahasa dan Pc, media Belajar, ruangan Belajar serta tenaga kependidikan.
Atas penilaian ini, laporan menyebut BRR Disorot gagal Untuk mengimplementasikan Aturan khususnya Pada sarana dan prasarana Belajar Ke kota Banda Aceh tahun Biaya 2005-2006.
2014: Sepuluh Tahun Pascatsunami
10 tahun pasca Gelombang Laut Tinggi, UNICEF memberi pujian kepada rakyat Aceh atas ketahanan serta Prestasi mereka Untuk upaya bangkit Didalam bencana. Menurut UNICEF, Penyembuhan telah Memberi kesempatan yang lebih baik Untuk anak-anak Ke Aceh Sebagai tumbuh.
Organisasi Ke bawah bendera Organisasi Internasional ini juga ikut menyelamatkan anak-anak Didalam kematian dan berbagai Gangguan. Mereka membantu memulihkan trauma, mengajak mereka kembali bersekolah serta mempertemukan Didalam keluarga atau kerabatnya kembali.
Untuk langkah yang lebih jauh, UNICEF juga Berusaha membantu penguatan sistem Kesejajaran dan Belajar serta kesiapan tanggap darurat bencana.
Masa Sekarang
Di masa kini, dampak bencana Ke sektor Belajar mulai menjadi sorotan prioritas. Salah satunya Didalam penerapan satuan Belajar aman bencana (SPAB) serta pembangunan gedung yang Bertahan bencana.
Tak hanya berkaca Di gempa dan Gelombang Laut Tinggi Aceh, pendekatan ini dilakukan Sebab Area Indonesia termasuk Negeri rawan bencana. Hal ini membuat banyak gedung-gedung sekolah juga berisiko terdampak akibat bencana.
Berdasarkan hasil pemetaan bencana yang dilakukan Dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Lembaga Keuangan Internasional, ternyata Disekitar 75 persen sekolah-sekolah Ke Indonesia teridentifikasikan berada Ke kawasan berisiko bencana seperti Bencana Alam, Gelombang Laut Tinggi, letusan gunung berapi, Bencana Alam, tanah longsor, dan lainnya.
Sampai Pada ini, berbagai upaya juga terus dilakukan. Salah satunya penerapan standar operasional kesiapsiagaan bencana yang sudah dikenalkan sedini Bisa Jadi Ke tingkat sekolah.
Tanggap bencana ini menjadi hal penting tak hanya Untuk anak-anak melainkan juga guru dan pihak berwenang lainnya. Harapannya, generasi mendatang Akansegera lebih bisa Berusaha Mengatasi dampak bencana Agar bisa meminimalkan korban jiwa.
(faz/nwk)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Catatan Dua Dekade Gelombang Laut Tinggi Aceh, Bagaimana Belajar Dipulihkan Ke Serambi Makkah?