Gubes Fakultas Kehutanan UGM Sebut ‘Rezim Hutan’ Perlu Dirumuskan, Apa Itu?


Jakarta

Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Priyono Suryanto S Hut, MP, Ph D, mengatakan penggunaan 20 juta hektare lahan hutan Untuk cadangan Ketahanan Pangan, energi, dan air perlu dirumuskan secara holistik. Terlebih, ini berkaitan Bersama deforestasi.

“Di manapun posisi kawasan hutan yang dicadangkan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air Akansegera tetap mengarah Di deforestasi dan degradasi kalau konsepnya tidak holistik,” ucapnya kepada detikEdu Di Jumat (24/1/2025).

Sebelumnya Itu, Pembantu Presiden Tim Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni mengatakan bahwa Ide pemerintah memanfaatkan hutan, tidak dilakukan Bersama cara membuka lahan Mutakhir atau deforestasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menhut menerangkan bahwa Di ini kawasan hutan baik produksi maupun lindung, teridentifikasi Untuk Situasi terbuka Lantaran LOA (logged over area) dan bekas Bencana Alam.

Meski begitu, pakar tetap menilai bahwa Ide pemerintah perlu dirumuskan kembali secara holistik. Untuk Kontek Sini, Prof Priyono menyebutkan istilah ‘rezim hutan’. Apa maksudnya?

Rumusan Rezim Hutan Untuk Ketahanan Pangan, Energi, dan Air

Prof Priyono yang juga ketua umum Kelompok Agroforestri Indonesia (MAFI), menjelaskan perlunya merumuskan rezim hutan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air.

Membuka Database Kementerian Kehutanan

Langkah pertama, menurutnya, Kementerian Kehutanan Memperoleh database yang bisa dibuka kembali dan ditafsir ulang Untuk menuntun arah kehutanan Indonesia yang selaras menyongsong Indonesia Emas 2045.

Langkah tersebut dilakukan Untuk menempatkan capaian-capaian Bersama Kementerian Kehutanan Sebelumnya Itu yang bagus-bagus Untuk disambung-teruskan.

“Tanpa menegasikan catatan kekurangannya. Misal seperti perhutanan sosial, FOLU net sink (Unjuk Rasa mitigasi penurunan emisi gas Tempattinggal kaca), RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan), dan sebagainya ini peta kedepannya seperti apa? Connect Bersama hutan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan airnya Di mana? Termasuk lembaga Negeri yang mandatnya selaras Bersama Kemenhut seperti BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove),” jelasnya.

“Capaian-capaian restorasi yang bagus perlu menjadi dasar Untuk perumusan yang integratif,” imbuh Prof Priyono.

Bersama Detail, ia mencatat bahwa sangat penting Untuk Memberi narasi besar misi kebangsaan Bersama arah Pembuatan hutan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air. Tujuannya agar tidak kontra produktif baik kelahiran maupun implementasinya.

“Langkah ini diinisiasi Bersama misi politik boleh dan bagus, Akan Tetapi politik Bersama gagasan besar yang pro kehutanan sebagai pilar peradaban tentu tidak menimbulkan kontra produktif Untuk persalinannya,” katanya.

Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Priyono Suryanto S Hut, MP, Ph D Foto: Prof Priyono Suryanto S Hut, MP, Ph D

Melihat Tata Kelola Hutan Di Ini

Langkah kedua Untuk rezim hutan, yaitu paralel Bersama langkah pertama Bersama mematok banding Untuk membangun inspirasi yang kuat dan mendukung Langkah hutan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air.

“Mas Menhut Bersama jajarannya melakukan kunjungan Ke lapangan melihat tata kelola hutan yang Di ini Untuk Situasi memprihatinkan (rusak berat). Kunjungan ini Untuk Membahas ruh kehutanan nasional kita yang Lagi sakit. Lokasi yang dipilih misalnya Di Sumbawa dan Bima Di NTB. Untuk Kontek Sini dapat meminta fasilitasi penjelasan Di lapangan Bersama civitas akademika Universitas Mataram,” ungkapnya.

Kunjungan tersebut dapat Memberi rujukan Untuk merumuskan rezim kehutanan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air, yang selaras Bersama nilai-nilai kehidupan yang berkesemestaan.

Berkunjung Ke Hutan yang Memperoleh Rehabilitasi yang Baik

Langkah ketiga, yakni melakukan kunjungan Ke kawasan hutan yang Memberi inspirasi rehabilitasi hutan dan lahan yang produktif, salah satunya Di Wanagama-Gunungkidul.

“Di hutan ini, dapat dibuka kembali kitab ekologi Wanagama Agar menginspirasi Untuk merumuskan yang lebih baik lagi tatanan kehutanan Ke depannya,” ujar Dosen Fakultas Kehutanan UGM tersebut.

Prof Priyono menilai, ketiga langkah tersebut bisa dikemas Untuk satu kesatuan peta jalan kehutanan Indonesia yang bersumber Di nilai-nilai kenusantaraan.

Baginya, ini merupakan momen Untuk mengelola ruang agar bisa kembali menyemai hutan Bersama tata kelola yang selaras spirit agung warisan leluhur Nusantara. Ruang yang dimaksud yaitu hutan buatan yang produktif tanpa meninggalkan atribut-atribut fundamental ekosistem hutan.

“Nenek moyang kita telah berhasil merumuskan skema tata kehutanan yang mampu mereproduksi ekosistem hutan kembali Lewat sistem perladangan berputar Bersama formasi akhirnya berbentuk perhutanan agroforestri. Rezim perhutanan agroforestri ini dapat menjadi Pada Bersama jawaban hutan Untuk Ketahanan Pangan, energi dan air Bersama kesekaligusannya,” paparnya.

Karenanya, lanjut Prof Priyono, Tim Pembantu Presiden Tim Menteri Merah Putih Lewat Kementerian Kehutanan Akansegera melahirkan kembali rezim tata kelola kehutanan yang meneruskan spirit agung warisan leluhur Nusantara.

“Rezim kehutanan yang mensurpluskan (bukan defisit) nilai-nilai kenusantaraan. Anak bangsa lintas generasi Akansegera bangga Bersama hutan dan kehutanannya Lantaran menjadi pilar kuat peradaban yang bermartabat,” pungkasnya.

(faz/pal)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Gubes Fakultas Kehutanan UGM Sebut ‘Rezim Hutan’ Perlu Dirumuskan, Apa Itu?