Jakarta –
Upah Minimum Regional (UMR) atau yang kini disebut Upah Minimum Provinsi (UMP) Merasakan kenaikan Untuk Daerah Ke Yogyakarta. UMP DIY 2025 naik sebesar 6,5% dibandingkan tahun 2024. Akan Tetapi, benarkah tak sebanding Di Life Style mahasiswa Ke Yogya?
Menurut laporan Ke portal Pemerintah Daerah DIY, dikutip Minggu (19/1/2025), besaran UMP DIY Ke 2025 yakni Rp2.264.080,95. Jumlah ini Merasakan kenaikan sebesar Rp138.183,34 Di tahun 2024 yang mencapai Rp2.125.897,61.
Angka tersebut lebih tinggi Di provinsi Jawa Di yang hanya Rp2.169.349 dan Jawa Barat yang sebesar Rp2.191.232. Akan Tetapi, UMP DIY 2025 ini masih lebih rendah Di Jawa Timur yang sebesar Rp2.305.985.
Pentingnya Meningkatkan Kesejaganan Buruh Ke Yogya
Dosen Ke Fisipol dan peneliti Ke Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Dr Hempri Suyatna, S Sos, M Si, mengatakan aspek UMR tetap perlu diperhatikan Di pemerintah. Di pandangannya, Di UMR (yang lebih tinggi) maka Berencana Meningkatkan daya beli Kelompok.
“Kalau memang UMR sulit naik Berencana tetapi aspek-aspek jaminan sosial Hingga buruh harus diperhatikan Supaya tetap Memberi rasa nyaman Untuk mereka,” ujarnya kepada detikEdu Ke Oktober 2023 lalu.
Dia Mengetahui bahwa Yogyakarta bukan sebuah kota industri. Akan Tetapi menurutnya, peningkatan standarisasi Kesejaganan buruh Ke Yogyakarta penting Untuk diperhatikan.
“Seperti BPJS ketenagakerjaan dan Kesejaganan, dan Bisa Jadi jaminan-jaminan sosial sesuai kemampuan perusahaan,” tambahnya.
Yang Berhubungan Di alasan kenapa UMR Ke Yogyakarta rendah, Hempri menjelaskan bahwa Ke Yogyakarta tidak tersedia banyak lapangan kerja. Kebugaran ini bisa menyebabkan persaingan antarperusahaan Di Memperoleh tenaga kerja menjadi tidak ketat.
“Implikasinya upah yang ditawarkan juga tidak tinggi. Sisi lain adalah standar hidup layak Ke Jogja tidak tinggi Supaya ini berdampak Ke upah rendah,” terangnya.
Walaupun beberapa bahan kebutuhan pokok Ke Yogya tergolong masih terjangkau, tapi Di konteks tertentu, seperti harga tanah, Ke Yogyakarta termasuk tinggi.
“Hal ini yang harus juga dijadikan pencermatan,” kata Hempri.
UMR Rendah, Biaya Hidup Mahasiswa Tinggi Tapi Happy
Lain hal Di Kebugaran UMP, Kebugaran mahasiswa-mahasiswa yang berkuliah Ke Yogyakarta nyatanya tidak mencerminkan hal yang sama.
Sebab, menurut Survei Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) tahun 2024 Di Skuat peneliti Di UPN Veteran Yogyakarta bersama Bank Indonesia (Bankindonesia), mahasiswa Ke Yogyakarta menghabiskan rata-rata pengeluaran Rp2.966.514,00 per bulan. Jumlah ini lebih besar Di UMP Ke Yogyakarta tahun 2025.
Tiga pengeluaran terbesar mahasiswa-mahasiswa Ke Yogyakarta yaitu makan dan minum (26%), Life Style (23%), dan kos/pondokan (22%). Untuk pengeluaran Life Style, termasuk nongkrong, total bisa mencapai Rp685.824,00 per bulan.
Survei tersebut telah melibatkan 2.000 mahasiswa Di 43 perguruan tinggi Ke Ke Yogyakarta sebagai responden. Survei dilakukan Ke 26 Maret-22 April 2024 Di menggunakan kuesioner tatap muka langsung dan Memperoleh sampling error hanya 2,23%.
“Karena Itu kafe itu selain nongkrong, ya sudah menjadi Pada Di Life Style. Mengerjakan tugas pun Karena Itu ada style-nya, tidak sekadar mengerjakan tugas, gitu ya. Dulu kan Ke perpustakaan, Ke ruang baca kampus, bikin kerja kelompok, sekarang ya sudah Hingga kafe aja,” kata Ardito Bhinadi, Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Digital (PSEKUIN) UPN Veteran Yogyakarta.
Kebugaran ini nyatanya menjadi dilema Untuk Yogyakarta. Daerah yang dikenal Di ‘Kota Pelajar’ dan ‘Kota Perjalanan Hingga Luarnegeri’ ini, Memperoleh Kebugaran Di banyak ‘predikat’.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, Menunjukkan bahwa DIY termasuk Di 14 besar provinsi Di penduduk miskin terbanyak Ke Indonesia.
Ke sisi lain, data BPS 2021 Menunjukkan DIY termasuk provinsi Di indeks Kejiwaan yang tergolong tinggi. Lebih tinggi Di provinsi besar seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Sumatra Utara.
Hempri yang juga dosen Ke Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejaganan (PSdK) Fisipol UGM berpendapat, cara pandang Kelompok Yogyakarta Di melihat Kesejaganan dinilai berbeda Di Daerah lain. Hal ini didukung Di suasana kota Yogyakarta yang kental Berencana filosofi hidup Jawa.
“Ya saya kira ini didukung Bisa Jadi suasana dan kultur Jogja yang romantis dan Kelompok yang harmonis. Sebagian Kelompok Ke Jogja terutama yang tinggal Ke pedesaan juga memandang aspek Kesejaganan subjektif,” ungkapnya.
“Artinya sejahtera tidak semata-mata soal ekonomi Berencana tetapi juga soal hidup harmonis, guyub rukun tentrem dan sebagainya,” tuturnya.
Meski begitu, pakar Di UGM tersebut tetap menegaskan, bahwa buruh wajib ditingkatkan kesejahteraannya.
(faz/nwk)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: UMR Rendah, Biaya Hidup Mahasiswa Tinggi, dan Sejahtera