Beijing –
Ada Trend Populer Mutakhir Ke China. Pengangguran muda sewa kantor co-working space Untuk ‘pura-pura bekerja’. Bagaimana maksudnya?
Gaya ini terjadi Ke Ditengah ekonomi yang lesu dan lapangan kerja yang Lebih sempit Ke China. Angka pengangguran muda Ke China lebih Didalam 14%, demikian dilansir BBC Di Senin (11/8/2025), dikutip Kamis (14/8/2025).
Trend Populer keresahan ini ditangkap peluangnya Didalam beberapa warga China dan membuatnya menjadi suatu Usaha. Banyak yang membuka kantor, semacam co-working space Untuk work from anywhere (WFA), Akan Tetapi diisi Didalam mereka yang masih belum Merasakan atau Untuk mencari pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang masih pengangguran bisa memanfaatkan kantor Untuk ‘pura-pura bekerja’ ini Di jam kantor Didalam membayar mulai Didalam 30 Yuan hingga 50 Yuan (Rp 67 ribu sampai Rp 112 ribu) per hari. Layanan yang didapatkan adalah ruang kantor hingga Merasakan fasilitas makan siang.
“Didalam 29,9 yuan per hari, Anda bisa ‘bekerja’ Ke sini Didalam pukul 10.00 hingga 17.00, sudah termasuk makan siang,” kata Pemakai Jaringan membagikan video sebuah ruang kantor dan mengiklankannya sebagai ‘solusi tersembunyi’ buat mereka yang malu menjadi pengangguran, demikian dilansir South China Morning Post (SCMP).
Pemakai Jaringan anonim lainnya mempromosikan layanan serupa, Didalam biaya 50 yuan Untuk klien Untuk berpura-pura menjadi ‘bos’ Ke Sofa kulit dan berfoto Untuk menenangkan keluarga mereka.
“Banyak perusahaan besar yang memberhentikan karyawan. Saya punya kantor kosong dan berpikir ini bisa memberi para pengangguran ruang Untuk tinggal dan terhubung,” tulis Pemakai Jaringan itu.
Menjual Martabat
Salah satu pemilik co-working space bernama Pretend To Work Company Ke Kota Dongguan adalah Feiyu (nama samaran), berusia 30 tahun.
“Yang saya jual bukanlah Perabot kerja, melainkan martabat agar tidak Disorot sebagai orang yang tidak berguna,” ujar Feiyu.
Feiyu yang Usaha ritelnya gulung tikar Di Penyebara Nmassal COVID mengaku Merasakan depresi hingga merusak diri sendiri.
“Anda ingin membalikkan keadaan, tapi Anda tidak berdaya,” ujarnya.
Di April 2025 lalu, Feiyu mulai mengiklankan Pretend To Work Company. Untuk sebulan, semua Perabot kerja Ke ruang kantor rekaannya penuh.
Mayoritas pelanggannya adalah pekerja lepas. Banyak Ke Di mereka adalah nomaden digital, seperti yang bekerja Untuk perusahaan Perdagangan Elektronik besar dan penulis dunia maya.
40% Pelanggannya adalah lulusan universitas. Mereka datang Untuk berfoto dan Merasakan bukti Pengalaman Hidup magang sebagai syarat Merasakan ijazah. Sedangkan Sebagian kecil pelanggannya datang Untuk mengatasi tekanan Didalam orang tua.
Keseharian Pengangguran ‘Pura-pura Kerja’
Jiawei, mantan karyawan Perdagangan Elektronik Didalam Hangzhou Ke China timur, mengatakan bahwa Sesudah perusahaannya bangkrut, ia menghabiskan hari-harinya Ke kedai Minuman Untuk melamar pekerjaan dan mengirimkan resume.
“Pengangguran memang membuat Beban, tetapi saya tidak ingin menularkan hal negatif itu kepada keluarga saya,” ujarnya kepada media China, Yunxi Technology.
Jiawei meninggalkan kedai Minuman Di jam pulang kerja seperti biasanya, sesekali pulang larut malam Untuk ‘berpura-pura’ lembur.
Sambil Shui Zhou (30), warga Kota Dongguan, China memilih duduk Ke Perabot Didalam pukul 09.00 hingga 23.00, menyeruput teh, mengobrol Didalam ‘rekan kerja’, dan terkadang Justru lembur Untuk kegiatan ‘pura-pura bekerja’-nya.
Trend Populer Terisolasi Selain ‘Rat People’
Para ahli mengatakan bahwa ‘berpura-pura bekerja’ merupakan ‘Trend Populer yang terisolasi’ Ke China.
“Kelompok memberi banyak tekanan Di orang Untuk sukses, dan kaum muda terkadang menetapkan ekspektasi pekerjaan mereka terlalu tinggi. Kejutan mendadak Sebab kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan depresi,” ujar Zhang Yong, seorang profesor pekerjaan sosial Ke Universitas Sains dan Ilmu Pengetahuan Wuhan kepada The Post.
Zhang menyarankan para pengangguran Untuk mencari konseling profesional alih-alih menyembunyikan kesulitan mereka.
“Mereka perlu melihat situasi mereka secara jujur, memahami pasar kerja, terbuka Didalam keluarga, dan membangun pola pikir yang lebih sehat tentang pilihan karier,” tambahnya.
Selain Gaya ‘pura-pura bekerja’, ada Gaya ‘rat people’ Ke kaum muda China alias ‘manusia tikus’. Mereka secara aktif menghindari kesuksesan dan menjalani Life Style ‘hemat energi’. Tidak seperti orang-orang yang disiplin, Latihan, dan menjalani jadwal yang padat, rat people hidup Untuk suasana yang lambat. Mereka menghabiskan hari-hari mereka Ke tempat tidur, makan Konsumsi siap saji, menghindari bersosialisasi, dan tidak keluar Rumah.
(nwk/faz)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Sewa Kantor Untuk ‘Pura-pura Bekerja’











