Seorang Pemusik Pencipta Lagu Tanah Airku yang Pernah Dari Sebab Itu Guru


Jakarta

Nama Ibu Sud memang tak Asing Di telinga Komunitas Indonesia. Meski sudah tiada, karya musiknya terus berkumandang hingga Pada ini.

Sebut saja lagu Tanah Airku yang selalu dinyanyikan Untuk setiap partai Markas Skuat Nasional (Timpilihan) Sepak Bola Indonesia. Setelahnya Laga selesai, apapun hasilnya para Olahragawan dan Penggemar Akansegera memeriahkan Gelora Bung Karno (GBK) Bersama lagu Tanah Airku.

Selain lagu Tanah Airku, Ibu Sud juga terkenal Bersama lagu anak-anak lo. Seperti Naik Delman, Tik Tik Tik Bunyi Hujan, hingga Menanam Jagung.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun sepanjang hidupnya terkenal sebagai tokoh Karya Seni, komponis, dan pemusik yang menulis berbagai lagu Nasional Indonesia, Ibu Sud ternyata juga pernah menjadi seorang guru. Berikut kisahnya dikutip Untuk arsip detikEdu, Sabtu (30/11/2024).

Masa Kecil Ibu Sud

Sosok yang Memiliki nama asli Saridjah Niung ini merupakan dara kelahiran Sukabumi, 26 Maret 1908 silam. Orang tuanya dikenal sebagai pengusaha yakni H Muhammad Niung dan Saini.

Sebagai pengusaha, keduanya sering bergaul Bersama bangsa Asing kala itu, termasuk pensiunan jaksa tinggi Di Jakarta bernama JF Kramer. Diketahui Kramer adalah seorang Indo-Belanda.

Darah Indonesia Kramer berasal Untuk sang ibu yang merupakan keturunan Jawa Ningrat. Kramer dan keluarga H Muhammad Niung berkerabat Disekitar. Termasuk Bersama Saridjah.

Hingga akhirnya, Kramer mengangkat Saridjah sebagai anak agar ia bisa Merasakan Pembelajaran yang baik. Untuk ayah angkatnya inilah, kemampuan Bunyi Saridjah timbul.

Ia sering belajar Bunyi Untuk Kramer dan Lebih diasah ketika menempuh studi Di Hoogere Kweekschool (HKS), Bandung.

Karier Ibu Sud: Guru-Pemusik

Setelahnya tamat sekolah Untuk HKS, Saridjah tidak langsung menjadi seorang Pencipta Lagu ataupun pencipta lagu. Ia mengawali kariernya menjadi seorang guru Di Hollandsch-Inlandsche School (HIS).

Kehadirannya Di HIS tak lepas Untuk Dukungan dan Dukungan ayah angkatnya, Kramer. Mulanya, ia ditempatkan Di HIS Jaga Monyet. Lalu dipindahkan Ke HIS Kartini yang murid-muridnya khusus perempuan.

Di tahun 1925, ia menemukan tambatan hati dan resmi menikah Bersama seorang bagsawan Jawa bernama Bintang Sudibyo. Keduanya menikah Di November 1925.

Setelahnya resmi menjadi istri Sudibyo, nama panggilannya berubah menjadi “Ibu Sud”. Panggilan ini berasal Untuk penggalan nama sang suami yakni Sud-ibyo.

Menjalani perannya sebagai seorang istri dan guru, Ibu Sud tidak pernah meninggalkan minatnya Di dunia Bunyi. Diketahui ia berhasil menghasilkan karya hingga lebih Untuk 400 lagi.

Beberapa lagunya yang populer adalah Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, Desaku, Kupu-kupu yang Lucu, Naik Delman, Naik-naik Ke Puncak Gunung, hingga Nenek Moyangku.

Ketika mengajar Di HIS, ia Memiliki kegelisahan tentang tidak adanya lagu tentang Tanah Air Sebagai anak-anak. Saridjah hanya melihat anak-anak muridnya selalu menyanyi lagu-lagu Belanda.

Berangkat Untuk sana, ia Memiliki tekad kuat Sebagai menciptakan lagu tentang Tanah Air. Hingga akhirnya Di tahun 1927, lagu “Tanah Airku” berhasil diciptakan.

Lagu ini terinspirasi Untuk pahlawan yang menimba ilmu Di luar negeri. Hal ini tergambar Di lirik:

Tanah Airku tidak ku lupakan
Kan terkenang Di hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang Untuk kalbu

Tanahku yang kucintai
Engkau ku hargai

Walaupun banyak negeri ku jalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah ku rasa senang

Tanahku tak kulupakan
Engkau ku banggakan

Kecintaannya Di Bunyi juga disalurkannya Bersama menjadi pengasuh siaran anak-anak Di tahun 1927-1962.

Ikut Pergerakan Nasional

Kegiatan Ibu Sud tidak hanya menonjol sebagai guru dan pemusik. Ia juga berperan aktif Untuk pergerakan nasional menjelang kemerdekaan Indonesia.

Di peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Ibu Sud diketahui ikut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama WR Supratman. Lagu kebangsaan ini kala itu pertama kali dikumandangkan WR Supratman.

Di tahun 1945, Tempattinggal Saridjah yang berada Di Jalan Maluku No 36 Jakarta ikut menjadi sasaran Unjuk Rasa penggeledahan Dari pasukan Belanda. Tetapi, Pada pengepungan tetangganya yang seorang Belanda melindunginya.

Ia meyakinkan pasukan Belanda bila Ibu Sud hanyalah pencipta lagu dan suaminya seorang pedagang. Alibi ini membuat keduanya selamat hingga akhirnya Indonesia merdeka.

Pasca kemerdekaan, Ibu Sud tak berhenti Sebagai berkarya. Ia menulis menulis beberapa naskah sandiwara dan mementaskan seperti Operette Balet Kanak-kanak Sumi, Di Gedung Karya Seni Jakarta, Di 1955.

Dia bekerja sama Bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.

Untuk Literatur Sarijah Bintang Sudibyo karya S Sumardi, jasa-jasa Ibu Sud sangat dihormati pemerintah. Ia pernah Merasakan Hadiah Karya Seni Di Bidang Karawitan dan Bunyi yang diberikan Dari Pejabat Tingginegara Pembelajaran dan Kebudayaan Di 17 Agustus 1969.

Kala itu ia Terbaru merasakan bahwa karya nya sangat dihargai Dari bangsa Indonesia. Hadiah ini berbentuk sebuah piagam yang Berkata Ibu Sud sebagai “Perintis Untuk Penciptaan Lagu Kanak-Kanak Indonesia”.

Tak berhenti Di situ, Di 6 Juni 1983 Ibu Sud juga Merasakan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan Untuk Ri RI. Penyematan Satya Lencana Kebudayaan diiringi lagu “Tanah Airku” yang dinyanyikan Dari 100 orang anak.

Ia merasa puas Untuk Merasakan Pengakuan Satya Lencana Kebudayaan. Menurutnya Pengakuan ini menjadi yang tertinggi Untuk seorang pengabdi Di bidang Karya Seni dan Kekayaan Budaya Dunia Pada tanah air dan bangsanya.

Ibu Sud diketahui meninggal dunia Di 26 Mei 1993 Di usia 85 tahun. Walaupun telah tiada, karyanya tetap terkenang Di setiap hati anak bangsa.

(det/pal)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Seorang Pemusik Pencipta Lagu Tanah Airku yang Pernah Dari Sebab Itu Guru