Jakarta –
Matahari Ke kawasan Shifen Old Street siang hari cukup terik Ke pengujung musim panas 2025. Tetapi, turis-turis mancanegara tetap lalu lalang menyusuri jalan kecil dan teras Ke Didepan toko-toko lentera udara yang berbatasan langsung Di rel kereta setempat.
Shifen Old Street merupakan perlintasan kereta Di dan Ke Stasiun Shifen Ke Distrik Pingxi, Kota New Taipei, Taiwan. Mengapit kereta yang lewat Di sisi kiri dan kanan, terdapat deretan toko lentera udara, es krim Di serutan kacang, es lemon, jus, sosis babi, camilan rajungan, dan toko Dari-Dari gantungan Kunci hingga mochi.
Kawasan ini menjadi tempat asal Adat Istiadat Dunia lentera udara Ke Taiwan. Tak heran, para pelancong ramai datang Ke toko-toko lentera Kertas Energi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lentera-lentera besar itu ditulis Di Alat Lukis dan tinta hitam. Ke atasnya, para turis menuliskan harapan dan pesan secara bergantian Ke empat sisi lampion.
Pemilik toko Sesudah Itu Berencana membakar Kertas yang sudah direndam Energi tanah Ke ujung lampion, memberi udara panas Sebagai menerbangkan lentera tersebut. Lentera bertuliskan harapan-harapan mereka Berencana terbang tinggi sampai kehabisan udara panas, lalu jatuh Ke atas pohon, tanah, dan atap Tempattinggal warga setempat.
Isyarat Aman
Atraksi turis ini rupanya berawal Di penggunaan lentera udara Sebagai tujuan yang lebih serius. Menurut warga setempat, bandit kerap merangsek pedesaan Ke Pingxi Disekitar tahun 1800-an.
Para penduduk desa Sesudah Itu Berencana menerbangkan lentera udara Ke langit. Terbangnya lentera-lentera ini menjadi cara Sebagai memberi tahu warga yang berlindung Ke ketinggian pegunungan bahwa keadaan sudah aman Sebagai turun Ke Lokasi yang kini menjadi lokasi stasiun tersebut.
Praktik ini Sesudah Itu juga dijadikan cara Untuk warga Sebagai mengirim doa Ke langit atau Ke dewa. Salah satunya Sebagai menuliskan harapan Merasakan rezeki maupun dikaruniai anak.
Yang Terkait Di penggunaannya sebagai isyarat Perlindungan, lentera udara sendiri diperkirakan sudah digunakan Dari ahli strategi militer China, Zhuge Liang, Disekitar abad 3 SM. Sebagai Gantinya, ia diperkirakan menggunakan lentera udara Sebagai mengirim tanda bahaya, bahwa ia Di dikepung musuh.
Sedangkan praktik menerbangkan lentera Ke langit Sebagai mengirim doa disebut berasal Di Provinsi Fujian, China. Orang-orang Fujian ini kelak menjadi nenek moyang orang Pingxi, yang melestarikan Adat Istiadat Dunia Perayaan Seni lentera udara.
Menjadi Penghidupan
|
Atraksi lentera udara Ke Shifen Old Street, New Taipei, Taiwan, Selasa (19/8/2025). Foto: Trisna Wulandari/detikcom
|
Kini, Kebiasaan lentera udara menjadi penghidupan warga Disekitar lokasi wisata Shifen Ke Pingxi. Kendati Perayaan Seni besarnya lazim digelar Disekitar Februari, turis tetap gemar membeli Penghayatan menulis harapan dan menerbangkannya Di lentera udara ini.
DetikEdu berkesempatan Melakukan Kunjungan Ke kawasan Shifen Old Street ini bersama rombongan wartawan Di rangkaian Binus University Media Partnership Inisiatif, Selasa (19/8/2025).
Ada banyak jenis ukuran lentera yang dijual Ke toko-toko setempat. Lentera yang lebih kecil dihargai Disekitar NTD 150-250 ( Rp 80.000-Rp 134.000), sedangkan yang besar dan banyak warga bisa Disekitar NTD 250-350 (Rp 134.000-Rp 187.000), atau lebih.
Pemilik toko tak sungkan mengajak bercengkrama dan bercanda turis yang hendak menerbangkan lentera, sekalipun tak mengerti bahasa satu sama lain. Ada-ada saja triknya, mulai Di membuat kaget Di pura-pura Mendorong lentera yang kertasnya sudah dibakar sampai meminta turis berkali-kali mengganti pose Pada ia Memutuskan foto mereka.
Upaya-upaya pedagang lentera udara ini agaknya membuahkan hasil. Turis-turis yang belum membeli bisa melihat atraksi mereka Pada melayani pelancong lain, membuatnya tertarik Sebagai ikut mencoba. Ke hari-hari biasa, bisa 50-100 lentera terjual, sedangkan Ke hari ramai bisa mencapai 500 lentera lebih.
Para turis juga bisa mencoba menulis kaligrafi China Di meniru Dari-Dari gantungan Saku yang juga dijual Ke toko. Gantungan berbentuk lentera tersebut bertuliskan macam-macam harapan, mulai Di yang berarti ‘gaji naik setiap tahun’ sampai ‘beruntung dan makmur setiap tahun’. Gantungan Saku ini dihargai NTD 60 atau Disekitar Rp 32.000.
Pedagang lentera udara Ke Shifen tahu ada Komentar soal lentera udara yang dinilai tak ramah lingkungan. Beberapa Ke antaranya menyoal komponen logam, plastik, dan pewarna lentera jika jatuh Ke perairan.
Sambil Itu, sampah lentera yang tersangkut Ke pohon, aliran air, dan Tempattinggal setempat juga Diprotes sejumlah turis.
Merespons Topik ini, para pedagang menggunakan bambu sebagai kerangka lentera dan Kertas Energi. Didukung pemerintah setempat, warga yang dapat membersihkan sampah lentera juga dibayar atau diberi insentif. Lentera tersebut juga bisa dijual Ke tempat daur ulang.
(twu/twu)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Sejarah Lentera Udara Ke Shifen, Isyarat Aman yang Dari Sebab Itu Penghidupan











