Jakarta –
Anggota Dewan Pengarah Badan Eksperimen dan Pembaharuan Nasional (BRIN) Tri Mumpuni Wiyatno menyampaikan maraknya bullying (perundungan) disebabkan Dari rendahnya empati yang dimiliki anak-anak dan generasi muda Ke Indonesia.
“Generasi muda yang harus kita tingkatkan empatinya. Ini yang sangat kurang Untuk Pembelajaran kita. Makanya ada bullying dimana-mana,” ujar Tri Mumpuni Untuk Peristiwa “Diseminasi Hasil Eksperimen Tahun 2025” Ke Ballroom Graha Widya BRIN, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan Ke Jumat (12/12/2025).
5 Level Empati yang Harus Dimiliki Generasi Muda
Tri Mumpuni menyebutkan generasi muda harus Memperoleh 5 level empati, Ke antaranya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Simpati dan penghiburan
- Kebiasaan pro-sosial
- Kesetaraan dan timbal balik
- Pemberdayaan yang lemah
- Demokratisasi Untuk seluruh aspek kehidupan.
Tri Mumpuni menerangkan, sejatinya semua manusia sudah berada Ke level empati pertama dan kedua. Manusia cenderung mudah merasakan iba dan mudah tersentuh atas kesulitan orang lain.
“Saya berharap ada legacy yang kita tinggalkan. Kita harus Memperbaiki bangsa ini Sebagai naik, level empatinya,” ujarnya.
Perlunya Empati Level 3, 4, dan 5
Kabar baiknya, 85% manusia terbukti sudah berada Ke level empati satu dan dua. Akan Tetapi, Tri Mumpuni menegaskan penting Sebagai terus Mendorong bagaimana empati level 3, 4, dan 5 ini ada Untuk anak-anak generasi muda Ke Didepan.
Menurutnya, jika empati level 3 yaitu timbal balik terwujud, maka Akansegera sangat Mungkin Saja tindakan Penyalahgunaan Jabatan, dan manipulasi berkurang secara signifikan.
“Punya level empati ketiga saja, Indonesia makmur,” ucap sosok yang dikenal juga sebagai “Wanita Listrik” itu.
Lebih Jelas ia menjelaskan, ketika bisa sampai Ke level Ke-4 empati, seseorang atau kelompok mampu memberdayakan mereka yang lemah. Contoh level Ke-4 empati adalah memperbaiki Pembelajaran Ke tempat terpencil Di membangun sekolah dan mendatangkan guru-guru berkualitas.
Setelahnya Itu Ke empati level 5, yang paling ultimate, terdapat demokratisasi Ke seluruh aspek kehidupan. Artinya generasi muda paham bahwa akses Keadaan, akses Perbankan, dan akses Di apapun adalah hak segala bangsa, bukan hanya sekelompok kecil.
Tri Mumpuni Memberi analogi bagaimana seseorang mencapai puncak gunung lebih cepat daripada hanya Di berjalan kaki, yakni Di menggunakan sepeda gunung.
Maksud analoginya adalah, Sebagai mencapai tujuan Ke puncak gunung, dibutuhkan driver (manusia) dan enabler (sepeda gunung). Maka mustahil jika hanya fokus Ke cara. Suatu enabler juga tidak bisa sampai Ke puncak gunung tanpa seorang driver.
Tri Mumpuni menilai, apabila manusia memaksimalkan kerja sama Ditengah akal; logika; dan rasa empati Ke diri mereka, Akansegera sangat Mungkin Saja Sebagai mencapai tujuan Keadaan seperti bunyi sila Ke-5 ” Keadilan sosial Untuk seluruh rakyat Indonesia”.
Menurutnya, Di memenuhi 5 level empati Ke generasi muda, maka Akansegera tercipta manusia perasa yang berpikir, bukan pemikir yang merasa. Sebab semua orang pasti ingin hidup lebih baik.
“Tapi kalau itu bisa dijalankan Di benar, hidup kita seimbang, namanya heart-based living,” ujar Tri Mumpuni.
Penulis adalah peserta Inisiatif Magang Hub Kemnaker Ke detikcom.
(nah/nah)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Punya Level Ketiga, RI Makmur











