Jejak Pahlawan Nasional Haji Agus Salim Untuk Bacaan The Grand Old Man



Jakarta

Yayasan Haji Agus Salim dan keluarga besar Haji Agus Salim resmi Mengeluarkan Bacaan The Grand Old Man-Jurnalis, Ulama, Diplomat Di Sabtu (30/11). Peluncuran ini Untuk rangka memperingati 70 tahun wafatnya Haji Agus Salim.

Peringatan hari kematian Haji Agus Salim diketahui telah menjadi Kebiasaan Dari 29 Januari tahun 1955, yaitu semenjak didirikannya Yayasan Hadji Agus Salim. Untuk peringatan Hingga-70 tahun ini, yayasan maupun pihak keluarga Mengeluarkan sebuah Bacaan yang berisi gabungan tulisan-tulisan mengenai sepak terjang Haji Agus Salim.

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2006-2010 dan 2010-2015, Komaruddin Hidayat, mengatakan jika Haji Agus Salim adalah akar Indonesia. Sosoknya yang merupakan putra Lokasi Memperoleh cita-cita mulia Untuk menumbuhkan visi Indonesia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Indonesia Untuk keadaan sulit tahun 1960-an, bisa dipahami Hingga Cornell University berkat lobi Haji Agus Salim,” ujarnya Untuk keterangan resmi yang diterima, ditulis Senin (2/12/2024).

Menurutnya, generasi muda sekarang ini kurang mengetahui tentang jasa Haji Agus Salim Untuk memunculkan bahasa nasional Indonesia.

“Maka tokoh-tokoh lama harus diperkenalkan Di era sekarang ini. Hingga mana situasi Dunia mereka tidak jelas, Rumah asal dan asal-usul tidak jelas, ini harus diperhatikan,” tegasnya.

Cucu Mohammad Hatta sekaligus Pejabat Tingginegara Bangsa Pemberdayaan Perempuan periode 2004-2009, Meutia Hatta, mengenang Agus Salim sebagai sosok yang Merasakan dan mengayomi anak muda. Berkat kontribusinya, Meutia menegaskan jika jasa Agus Salim tidak bisa dilupakan.

“Pada ini sedikitnya anak muda yang mengenal sosok Haji Agus Salim tidak dapat dibiarkan. Direktorat sejarah harus dihidupkan lagi sebab penghilangan sejarah bangsa sama sekali tidak dapat dibenarkan,” ujarnya.

Profil Kiai Haji Agus Salim

Kiai Haji (KH) Agus Salim merupakan salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia. Sosok yang lahir Di nama Mashadul Haq Hingga Kota Gadang, Agam, Sumatera Barat Di 8 Oktober 1884 ini juga merupakan intelektual Islam.

Mengutip Ensiklopedi Pahlawan: Semangat Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan susunan R Toto Sugiarto, Agus Salim adalah anak keempat Sultan Moehammad Salim, seorang jaksa Hingga sebuah Lembaga Proses Hukum negeri. Kedudukan ayahnya yang cukup disegani memudahkan Agus Salim belajar Hingga sekolah-sekolah Belanda.

Semasa muda, Agus Salim menguasai sedikitnya 7 bahasa Asing yaitu Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jepang, dan Jerman. Di 1903, Agus Salim lulus Di Hogere Burgerschool (HBS) Hingga usia 19 tahun Di predikat lulusan terbaik Hingga tiga kota, yaitu Surabaya, Semarang, dan Jakarta.

Menurut Bacaan Belajar Pancasila dan Kewarganegaraan Di Maulana Arafat Lubis dkk, semasa hidupnya ia menjadi Ketua Partai Sarekat Islam Indonesia Di 1929. Bersama Semaun, ia mendirikan Persatuan Pergerakan Buruh Di 1919.

Keduanya gigih menuntut pemerintah kolonial Hindia Belanda agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Agus Salim berperan sebagai salah satu anggota Panitia Sembilan Untuk BPUPKI.

Agus Salim beberapa kali berganti profesi. Awalnya, ia bekerja sebagai penerjemah dan Lalu pembantu notaris. Sesudahnya, ia merantau Hingga Indragiri dan Riau hingga akhirnya Hingga Jeddah, Arab Saudi.

Hingga Arab, Agus Salim mempelajari Islam secara mendalam sambil bekerja Hingga kantor konsulat Belanda. Kesempatan itu ia manfaatkan Sebagai mempelajari seluk-beluk Hubungan Luar Negeri internasional.

Berkat ilmu dan pengalamannya, Agus Salim dikenal sebagai diplomat ulung Indonesia dan disegani Hingga kancah Internasional. Bakatnya Untuk menguasai bahasa Asing juga membuat sosoknya menonjol.

Di masa awal kemerdekaan, Agus Salim turut berperan Untuk merancang UUD 1945 bersama 18 orang lainnya yang dipimpin Soekarno. Jasanya yang paling penting adalah misi diplomatiknya yang Mengeluarkan Bangsa Indonesia Hingga luar.

Puncak Menang Hubungan Luar Negeri Indonesia adalah perjanjian persahabatan Di Mesir Di 1947. Kepiawaian Agus Salim berdiplomasi ini pun terus dilakukan Pada ia menjadi Pejabat Tingginegara luar negeri Hingga masa Tim Menteri Pejabat Tingginegara Sjahrir, Tim Menteri Pejabat Tingginegara Amir Sjarifuddin, dan Tim Menteri Pejabat Tingginegara Hatta.

Kiprahnya Hingga forum internasional tercatat Di 23 Maret 1947 ketika dirinya ditunjuk sebagai wakil ketua Delegasi RI Hingga Inter-Asian Relations Conference Hingga India. Konferensi tersebut diselenggarakan atas prakarsa Perdana Pejabat Tingginegara India, Pandit Jawaharlal Nehru.

Hingga kalangan diplomatik, Agus Salim dikenal Di julukan “The Grand Old Man” yakni sebuah bentuk pengakuan atas prestasinya Hingga bidang Hubungan Luar Negeri. Julukan itulah yang Lalu disematkan sebagai judul Bacaan ini.

(nir/nwk)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Jejak Pahlawan Nasional Haji Agus Salim Untuk Bacaan The Grand Old Man