Jakarta –
Mingmar Sherpa menyisihkan uang USD 250 (Rp 4,1 juta) setiap bulan Di hasil kerja sebagai asisten peneliti Ke Amerika Serikat. Uang ini Diberikan Ke kampung halamannya Ke pedesaan Solukhumbu, distrik Nepal Didekat Gunung Everest, Untuk menjalankan lab Mesin.
Uang itu menutupi biaya gaji guru, listrik, Jaringan, dan ruang Untuk mengajar. Ada hampir 250 siswa yang sudah belajar Ke laboratorium ini, mengenal dasar-dasar skill Mesin sebagai bekal masuk dunia kerja.
Mingmar Sherpa
Sherpa adalah sebutan Untuk kelompok etnis yang berasal Di Lokasi pegunungan Nepal dan Tibet. Orang Sherpa dikenal jago mendaki gunung, memandu dan membantu wisatawan yang ingin mendaki Gunung Everest.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Orang-orang Ke pedesaan Solukhumbu,termasuk orang Sherpa, bergerak Ke Ke industri Wisata Internasional. Pekerjaan lain tampak lebih sulit Untuk dimasuki.
Mingmar Sherpa sendiri berasal Di desa ini. Seperti anak-anak lain, butuh jalan kaki berjam-jam Untuk mencapai RS atau sekolah.
Mingmar semasa kecil termasuk merupakan siswa terbaik Ke kelasnya. Ia juga lulus ujian nasional Di nilai memuaskan. Ia pun ingin lanjut belajar Ke sekolah terbaik Ke Kathmandu, ibu kota Nepal.
Melihat Kesenjangan Ke Ibu Kota
Ke perkotaan, ia mendapati ada banyak orang Di kelas sosial berbeda dan privilege, termasuk akses Ke Ilmu Pengetahuan yang lebih luas. Kesenjangan apa yang ia rasakan Ke Kathmandu Di Solukhumbu, kampung halamannya, membekas Ke kepala Sherpa.
Mingmar lalu mulai bertekad memajukan kampung halamannya berbekal akses Ke Pembelajaran dan Ilmu Pengetahuan. Merencanakan minatnya Ke bidang biologi dan Kesejajaran manusia, ia memutuskan kuliah Ke AS.
“Jika saya datang Ke AS, saya bisa mempelajari Kemahiran yang tidak bisa saya pelajari Ke Nepal. Saya bisa Merencanakan diri Untuk memecahkan masalah yang ingin saya pecahkan,” ucapnya, dilansir laman Massachusetts Institute of Technology (MIT), AS.
Kuliah Ke AS
Mingmar semula kuliah Ke University of Alabama Ke Birmingham. Ia belajar biologi dan bergabung Di laboratorium Eksperimen Ke sana. Kerja Ke laboratorium, Mingmar mengasah skill dan menemukan kesenangan Di menekuni Eksperimen dasar.
“Saya bergabung Di lab Untuk mempelajari sains, tetapi Untuk melakukan sains, kita memerlukan Kemahiran lain, seperti komunikasi Eksperimen. Saya mempelajarinya secara tidak sengaja Di bertugas Ke Eksperimen,” jelasnya.
Mendirikan Lab Mesin
Sebelumnya membangun lab Mesin Untuk orang-orang Ke kampung halamannya, Mingmar terlebih dulu mendirikan The Bright Vision Foundation semasa Covid-19 menjadi Penyebara Nmassal. Lewat yayasan inilah ia lalu mengumpulkan dana Untuk mendistribusikan alat pelindung diri (APD), menyediakan layanan Penanganan Kesejajaran, dan mendirikan laboratorium Mesin Ke Tempattinggal masa kecilnya.
“Dunia Di ini penuh Di Ilmu Pengetahuan dan Perkembangan, tetapi ada orang-orang baik Ke komunitas saya yang Malahan tidak tahu tentang Mesin,” ucapnya.
Untuk mendirikan dan menjalankan lab Mesin Ke kampung halaman, Mingmar dibantu saudaranya yang bertugas sebagai instruktur laboratorium. Sedangkan orang tua Mingmar menyediakan tempat dan mendukung laboratorium tersebut.
Ia berharap, anak muda Di latar Dibelakang yang mirip Dari Sebab Itu terbantu lebih siap Ke bidang Ilmu Pengetahuan Di Berjuang Di dunia Dunia yang maju.
Kerja Ke MIT
Mingmar kini bertugas sebagai asisten peneliti senior Ke Martin Lab, Departemen Biologi MIT, AS. Ia mempelajari bagaimana kekuatan mekanis memengaruhi waktu pembelahan sel Pada embriogenesis, proses pembentukan dan perkembangan embrio individu Ke tahap awal Sesudah pembuahan.
Menurutnya, beraktivitas Ke lembaga Kajian intensif seperti MIT membantu dirinya memperjelas tujuan dan pandangannya tentang jalan yang dapat ditempuh Untuk mencapai tujuan-tujuannya. Ia sendiri berminat Ke bidang kepemimpinan, Eksperimen, dan Kesejajaran manusia.
Profesor Biologi MIT Adam C Martin, principal investigator Untuk Sherpa, menyampaikan penghargaannya Untuk keberadaan Mingmar Ke lab yang tak sungkan mengenalkan Kearifan Lokal Global asalnya, termasuk lewat Minuman dan cerita.
Martin menuturkan, pihak kampus Melakukanupaya mendukung international trainee seperti Mingmar mengenal Potensi yang tersedia Ke MIT. Termasuk Ke antaranya yakni workshop, kolaborasi, jejaring, Potensi pendanaan, dan Pemberian Ke sekolah pascasarjana.
Mingmar sendiri Akansegera lanjut Pembelajaran doktoral Ke bidang ilmu biomedis dan biologi Di fokus Di biologi kanker Ke Cornell University Di musim gugur nanti. Ke depannya, ia berencana fokus Di Pembuatan Aturan Untuk Meningkatkan Kesejajaran Komunitas.
Membawa Praktisi Medis Ke Desa
Menurutnya, fokus Di kampung halaman merupakan hal terbaik yang bisa ia lakukan Di ini. Musim semi mendatang, ia berencana Melakukan kamp Kesejajaran Di mendatangkan Praktisi Medis Ke Lokasi pedesaan Ke Nepal.
“Bisa Jadi ada Pada dunia lain yang Malahan lebih rentan daripada Nepal, tetapi saya belum menjelajahinya. Tetapi, saya mengenal komunitas saya Ke Nepal, Dari Sebab Itu saya ingin membantu Meningkatkan kehidupan Komunitas Ke sana,” ucapnya.
Di kegiatan tersebut, para Praktisi Medis rencananya Akansegera bertugas Memberi Penanganan, serta mengumpulkan data gizi dan Kesejajaran Ke berbagai Area Ke Bangsa asalnya.
“Saya tidak bisa, Di sehari, atau Malahan setahun, Meningkatkan Situasi kehidupan Komunitas Ke komunitas rentan Ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi saya bisa pelan-pelan Meningkatkan standar hidup Komunitas Ke komunitas yang kurang berkembang, terutama Ke Nepal,” tutur Mingmar.
(twu/nwk)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Cerita Mingmar Kirim Uang Ke Kampung, Jalankan Lab Mesin Untuk 200-an Siswa