Belajar adalah Pemotong Mata Rantai Jurang Kaya Miskin



Jakarta

Mantan Pembantu Presiden Pembantu Presiden Belajar Nasional Indonesia periode 2009-2014 Muhammad Nuh membeberkan Kunci sukses Indonesia Untuk mendobrak Jurang Kaya Miskin. Menurutnya masalah tersebut dapat dituntaskan jika Mutu Belajar RI membaik.

“Belajar merupakan sistem rekayasa sosial terbaik, teruji dan terpuji Bagi memotong mata rantai Jurang Kaya Miskin,” kata Nuh Untuk Kegiatan Sarasehan Ulama NU, Hingga Hotel Sultan, Selasa (4/2/2025).

Menurutnya, sarana Belajar khususnya harus diberikan kepada rakyat miskin. Ia Mendorong pemerintah harus membuat solusi atas hal ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Supaya tidak ada pilihan lain lagi Bagi Memberi akses yang seluas-luasnya Bagi Memberi Belajar yang berkualitas, Sebab itu bukan pilihan tapi itu imperatif (perintah/keharusan),” katanya.

Berdasarkan survei sosial Keadaan Ekonomi Negara Badan Pusat Statistik (BPS) Maret 2024, jumlah Komunitas miskin yang bisa menamatkan Belajar tinggi hanya berkisar 2,79 persen.

“Sayangnya yang bisa menamatkan sampai Belajar tinggi itu, orang miskin hanya 2,79 persen,” ujarnya.

Pentingnya Human Capital

Sesudah Itu, Nuh menyinggung soal pentingnya human capital Untuk diri seseorang. Artinya, setiap warga harus punya sifat hingga pengetahuan yang menghasilkan nilai ekonomi.

“Kita yakin bahwa Belajar itu bisa memotong mata rantai Jurang Kaya Miskin. Salah satu Hingga antaranya adalah tesisnya Pak Jeffry D Sach itu menyampaikan bahwa itu Bagi memotong mata rantai Jurang Kaya Miskin itu Belajar dan Kesejajaran dasar,” tegas Nuh.

Nuh mengatakan Belajar dapat menjadi salah satu komponen penting Untuk menuntaskan masalah Indonesia Sebelumnya tahun 2045 (Indonesia Emas).

“Ada empat agenda utama yang kini Karena Itu tantangan kita dan belum selesai yakni Jurang Kaya Miskin, ketidaktahuan, keterbelakangan peradaban dan ketikdakadilan,” ungkap Nuh.

Ia mengajak para pemangku kepentingan Bagi memahami kembali tujuan Belajar sebagaimana terkandung Untuk Aturantertulis No 20 tahun 2003 tentang sistem Belajar nasional.

“Karena Itu Pak Mu’ti, kalau kita baca Untuk Aturantertulis No 20 tahun 2003 tentang Sistem Belajar Nasional (Sisdiknas), itu tujuan Belajar adalah Menyusun potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan seterusnya,” tuturnya kepada Mendikdasmen Abdul Mu’ti Hingga forum yang sama.

“Itu kalau dirangkum semuanya kita sebut anak sholeh. Anak sholeh itu salah satu karakternya punya akhlak yang bagus,” tambahnya.

Nuh melihat Di ini cabang ilmu Lebihterus banyak. Supaya Hingga depannya ada potensi kerumitan Bagi manusia Untuk belajar.

“Kompleks itu mudah tapi banyak, Hingga Didepan tuh Lebihterus banyak Lebihterus rumit. Karena Itu kata kuncinya adalah Karena Itu pembelajar sejati,” katanya.

(cyu/nwk)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Belajar adalah Pemotong Mata Rantai Jurang Kaya Miskin