Bagaimana Cara Memupuk Generasi Peduli Lingkungan?



Jakarta

Dosen Biologi Universitas UI (UI) sekaligus aktivis Pengabdian Kelompok (Pengmas) UI, Dr Retno Lestari M.SI, memaparkan bagaimana cara memupuk generasi peduli lingkungan Melewati pendekatan sederhana. Menurutnya mendidik generasi peduli lingkungan dapat dilakukan Bersama Menyediakan Belajar yang Menarik Perhatian.

Dr Retno mengatakan itu Untuk talkshow berjudul ‘Sustainable Science Playground: Memupuk Generasi Peduli Lingkungan’ yang diadakan Dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Kelompok (DPPM) Universitas Indonesia (UI). Peristiwa berlangsung Di Perpustakaan UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/10/2024).

Menurut Dr Retno, salah satu metode yang ia sarankan adalah menggunakan permainan interaktif atau playground sebagai sarana pembelajaran. Misalnya, permainan ular tangga yang telah dimodifikasi menggunakan Konsep-Konsep lingkungan dan pertanyaan Yang Berhubungan Bersama lingkungan sebagai tantangan atau hukuman ketika kalah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Retno juga menekankan pentingnya Menyediakan Belajar lingkungan kepada semua generasi. Menurutnya, keluarga, terutama orang tua, Memperoleh peran sentral Untuk mendidik anak-anak agar peduli Pada lingkungan.

Ia menambahkan, keluarga dapat mengajarkan hal-hal sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menumbuhkan kepedulian Pada lingkungan.

Dr. Retno juga menyarankan agar ibu Tempattinggal tangga memanfaatkan limbah Citarasa Tempattinggal tangga. Cara mengolahnya menjadi pakan Untuk maggot dan cacing sutra menggunakan aktivator bakteri.

Langkah ini tidak hanya dapat Memangkas limbah Citarasa, tetapi juga dapat Menyediakan keuntungan ekonomi Sebab maggot dan cacing sutra bisa dijual sebagai pakan ikan.

Pada menjawab pertanyaan moderator mengenai tantangan Belajar lingkungan, Dr. Retno mengatakan, “Tidak semua Inisiatif pengabdian Kelompok berjalan mulus. Banyak tantangan yang dihadapi. Kami tidak ingin Pengmas hanya menjadi selebrasi sesaat, tetapi berkelanjutan”.

Menurut Dr. Retno, Ketahanan dapat dicapai Melewati pembentukan komunitas yang saling mendukung. “Ketika ada masalah, harus ada pihak yang siap menguatkan,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kerja sama Bersama tokoh Kelompok sebagai perantara Untuk melanjutkan Inisiatif Belajar lingkungan Di tingkat lokal.

“Apapun yang bisa kita lakukan, walaupun itu sederhana, lakukan” pesan Dr. Retno. Hal ini Sebab “Sesederhana apapun, sekecil apapun, lama-lama dapat Menyediakan efek yang sinergi,” lanjutnya.

Peran mahasiswa Untuk Inisiatif Pengmas

Untuk Peristiwa tersebut, salah satu alumni Sastra Jepang UI, Salsabila Isha, yang pernah terlibat Untuk kegiatan Pengabdian Kelompok (Pengmas) Di Daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), turut diundang Di atas panggung. Dia berbagi pengalamannya ketika mengikuti Inisiatif Pengajar Muda Bersama Yayasan Indonesia Mengajar. Salsabila ditugaskan Sebagai mengajar tentang penghijauan Di Kabupaten Sigi, Sulawesi Di.

Salsabila menjelaskan bahwa anak-anak Di Daerah 3T sebenarnya sudah memahami cara bercocok tanam, Tetapi belum menerapkannya Sebagai memperbaiki lingkungan Disekitar, khususnya Di lahan sekolah yang masih gersang. Karenanya, setiap hari Sabtu, Salsabila Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler berkebun, Bersama cara membawa bibit bunga dan sayur Sebagai mengajak anak-anak berkebun bersama.

“Melewati kegiatan ini, anak-anak kini sudah memahami cara menjaga kebersihan lingkungan, mulai Bersama melakukan penghijauan hingga membuang sampah Di tempatnya,” kata Salsabila.

(nwy/nwy)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Bagaimana Cara Memupuk Generasi Peduli Lingkungan?