Jakarta –
Skuat arkeolog Mesir berhasil menemukan sebuah pedang perunggu panjang Ke sebuah gubuk lumpur, Delta Nil. Pedang tersebut diduga milik Firaun.
Buktinya, pedang berlambangkan Ramses II atau lebih dikenal Firaun. Skuat menyebut lambang tersebut sebagai tanda pribadi milik Firaun.
Pedang ditemukan Di Situasi utuh. Samping Itu, pedang terlihat berkilau dan memantulkan cahaya meski sudah terlapis karat dan kotoran.
“Ini adalah penemuan yang sangat mencolok dan benar-benar luar biasa,” kata Elizabeth Frood, seorang Egyptologist Di Universitas Oxford yang juga Skuat penggali, dikutip Di Washington Post.
Ditemukan Ke Area Penting Mesir Kuno
Di pernyataan Kementerian Purbakala Mesir, disebutkan bahwa Skuat arkeolog telah menemukan senjata Ke Di tumpukan harta karun Mesir kuno. Lokasi penggalian membentang Di benteng kuno Tell Al-Abqain yang berjarak 30 mil Di tenggara Alexandria.
Benteng tersebut Di sejarah dikenal penting sebagai perbatasan barat laut Mesir kuno Ke era kerajaan Terbaru. Di masa itu, peradaban Mesir Di hal politik, militer, dan arsitektur berada Ke titik emas.
Ramses II atau Firaun sendiri merupakan raja paling lama berkuasa kedua Ke Mesir kuno. Masa pemerintahannya dimulai Di 1279-1213 SM.
Di masa Ramses II berkuasa, pemerintahannya kuat Di militer. Ini membuat batas Area Mesir kuno meluas Ke utara hingga kini berbatas Ke Levant.
“Untuk saya, benda yang Memperoleh cartouche Ramses II Menunjukkan bahwa benda itu milik seseorang Bersama pangkat yang relatif tinggi,” kata Frood.
Penemuan Harta Firaun Lainnya
Selain pedang, Frood dan Skuat menemukan oven Untuk memasak, aplikator gading, dan kumbang scarab seremonial. Benda-benda tersebut Membeberkan ritual sehari-hari prajurit masa Ramses II.
Ada juga beberapa Perhiasan tata rias seperti cincin perunggu dan kalung. Hal ini Menunjukkan bahwa Di masa tersebut orang-orang sudah memahami nilai estetika.
Frood mengatakan sekumpulan batang tersebut berada Ke gubuk lumpur. Gubuk membentuk barak militer dan gudang senjata yang dipisahkan Bersama lorong sempit.
“Anda juga dapat membayangkan jenis arsitektur ini dan Karena Itu pengelolaan kehidupan sehari-hari sesuai Bersama kehidupan disiplin yang dibutuhkan Bersama kelompok militer,” katanya.
Situs tersebut dahulu kala digunakan Untuk mempertahankan diri prajurit Di suku-suku Libya. Kelompok Di Libya tersebut dikenal sebagai pelaut yang agresif.
“Ini adalah unit Lini Di, yang mengendalikan perbatasan barat Mesir, dan Mungkin Saja juga digunakan sebagai pangkalan Untuk intervensi militer Di kelompok Libya. Ini tampaknya menjadi masalah yang Lebih Meresahkan Di dinasti Ke-19 dan Ke-20, atau Dibagian akhir kerajaan Terbaru,” kata Frood.
(cyu/faz)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Arkeolog Temukan Pedang Firaun Berusia 3.000 Tahun Ke Mesir, Berhiaskan Lambang Ini