Jakarta –
Keahlian telah menjadi Dibagian yang tak terpisahkan Di kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan Keahlian pun Lebih pesat. Hal ini terlihat Di munculnya Keahlian Kecerdasan Buatan (Ai/AI).
Tetapi, kehadiran Keahlian AI tentunya harus diiringi Bersama hadirnya sumber daya manusia yang adaptif dan inovatif, termasuk peran perempuan. Sayangnya, hingga Di ini, bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) masih didominasi Bersama laki-laki.
Seorang peneliti dan akademisi Di bidang AI dan pemrosesan bahasa alami (Natural Language Processing/NLP) Di Monash University, Indonesia, Dr. Derry Wijaya, mengatakan United Nations Development Programme (UNDP) mencatat perempuan hanya mengisi 28 persen Di tenaga kerja STEM dan 22 persen Di profesional AI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dan kalau Di Indonesia (masih) Disekitar 21%, khusus Di bidang AI. Dan tadi yang seperti saya bilang Di reportnya UNDP itu memang entry level aja. Bersama Sebab Itu bukan yang boss atau Instruktur level Di atas,” ujar Dr. Derry kepada detikcom belum lama ini.
Padahal, Dr. Derry menegaskan representasi perempuan Di bidang AI sangat dibutuhkan. Pasalnya, AI bukan Keahlian netral Agar sistem yang dibangun tanpa keberagaman data atau peran perempuan Di Regu pengembang bisa menciptakan bias gender.
“Misalnya chatbot health for women yang bikin cowok semua, nggak ada perspektif perempuan Di situ, nggak ngerti dia (AI-read). Sebab kalau perempuan terkadang ngomongnya pakai kiasan. Kita nggak bilang period, kita bilangnya datang bulan,” papar Dosen Monash University, Indonesia ini.
“Bersama Sebab Itu perspektif perempuan memang sangat penting. Sebab kalau nggak, akhirnya muncul Keahlian-Keahlian, Gadget Lunak-Gadget Lunak, AI yang akhirnya nggak terpakai Sebab nggak paham Bersama apa yang dimaksudkan perspektif perempuan. Terus satu lagi, Malahan ada bias,” lanjutnya.
Manfaat Keahlian AI Untuk Pemberdayaan Perempuan
Kehadiran Keahlian AI tentunya memberi manfaat Untuk berbagai kehidupan manusia, termasuk perempuan. Meski demikian, dia menilai kegunaan AI Untuk pemberdayaan perempuan masih Di tahap awal.
“Excitement Pada AI ini masih awal-awal ya, kayak ChatGPT juga Terbaru tahun lalu. Tapi Sebagai khusus yang perempuan, pemberdayaan sebenarnya banyak, seperti Sebagai bidang Keadaan dan Pelaku Ekonomi Kecil,” paparnya.
“Sesudah Itu, cara Sebagai mengelola keuangan Di Tempattinggal tangga. Misalnya penghasilan segini, suami butuh seragam buat kerja, anak butuh Kasut buat sekolah, bagaimana cara mengelolanya. Hal se-simple itu sebenarnya bisa dibantu Bersama AI,” lanjutnya.
Meski demikian, Dr. Derry mengatakan kegunaan AI Di pemberdayaan perempuan masih perlu didukung Bersama pemerintah.
“Tapi Sebagai pemberdayaan perempuan masih perlu didorong lagi. Masih banyak yang bisa dilakukan tapi belum banyak,” urainya.
Hadirkan Chatbot Sebagai Perempuan
Sebagai salah satu seorang peneliti perempuan Di bidang Keahlian, Dr. Derry juga turut mendukung kehadiran produk digital yang inklusif Pada perempuan. Di ini, Dr. Derry bersama Regu Di Menyusun sistem chatbot khusus Sebagai perempuan.
Adapun chatbot ini nantinya dapat membantu perempuan-perempuan Di Indonesia Sebagai dapat bertanya Yang Terkait Bersama berbagai hal mulai Di Keadaan, potensi Tindak Kekerasan Di Tempattinggal tangga hingga penganiayaan.
“Kita lagi membuat sistem chatbot, dimana perempuan bisa bertanya-tanya tentang seksual dan reproductive health mereka, in a safe space, dan Merasakan informasi yang akurat, dan nggak Di-judge atau nggak bias,” paparnya.
“(Lewat chatbot ini), kita bisa membantu perempuan-perempuan Sebagai bisa tanya, ‘apa yang terjadi sama aku ini normal nggak sih’. ‘Apakah ini natural, boleh atau nggak gitu dilakukan pasangan Di saya’. Kan kadang perempuan nggak tahu. Kalau mau nanya Di teman juga nggak enak,” lanjutnya.
Di Di itu, Dr. Derry mengatakan pihaknya juga berencana komunitas atau organisasi yang melibatkan perempuan agar dapat lebih terlibat Di Di dunia Keahlian, termasuk AI.
“Kalau Di (komunitas) bidang AI sendiri belum ada sih. Kita Di Monash University Terbaru mau bikin. Bersama Sebab Itu Di IT faculty kita ada tiga perempuan dan kita berencana membuat workshop Women in AI Sebab Di luar negeri sendiri sudah banyak workshop seperti itu,” paparnya.
“Bersama Sebab Itu waktu saya Di Amerika, saya involved Di AI for All, Di mana kita ajak anak-anak high school Sebagai belajar soal AI. Terus anak-anak S1 kita juga mentorin buat research. Nah kita mau bikin yang kayak gitu Di sini gitu,” pungkasnya.
Sebagai Dibagian Di kontribusi Untuk Indonesia, Monash Melakukan Open Day yang Akansegera diselenggarakan Di Sabtu, 3 Mei 2025 Di kampus Green Office Park 9, BSD City, Tangerang Selatan. Open Day ini mendukung upaya Bersama menawarkan Inisiatif pascasarjana dan doktoral Di bidang Data Science dan Cyber Security. Inisiatif-Inisiatif tersebut tidak hanya menjawab kebutuhan ekonomi digital, tetapi juga membuka Kemungkinan Untuk perempuan Sebagai memimpin dan membentuk masa Didepan industri Keahlian.
Klik Di sini Sebagai informasi Lebih Jelas tentang komitmen Monash University, Indonesia Di mendukung perluasan peran aktif perempuan Di sektor STEM dan berbagai disiplin ilmu lainnya.
(akn/ega)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Akademisi Bicara Peran Penting Perempuan Di Perkembangan Keahlian AI