AI dan Coding Hanya Akansegera Diajarkan Hingga Sekolah Terpilih, Pakar UGM: Jangan Eksklusif



Jakarta

Pembantu Presiden Tim Menteri Pembelajaran Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Abdul Mu’ti, Berkata pelajaran Kecerdasan Buatan (AI) dan coding hanya Akansegera diajarkan Hingga sekolah terpilih. Pakar UGM peringatkan hal ini.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Mendikdasmen Abdul Mu’ti menyampaikan AI dan coding Akansegera diajarkan Ke siswa kelas 4 SD hingga SMP. Ide ini adalah buntut Bersama permintaan Wapres Gibran Rakabuming Raka yang ingin mewujudkan Indonesia Emas Melewati penguasaan Ilmu Pengetahuan berupa AI dan coding Sebelum dini.

Materi ini Akansegera diajarkan sebagai mata pelajaran pilihan dan hanya diterapkan Ke sekolah-sekolah tertentu saja. Merespons Keputusan ini, peneliti Permasalahan Komunitas digital sekaligus Deputi Sekretaris Bersama Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM, Iradat Wirid, Merespons jika gagasan ini cukup Menarik Perhatian Untuk membuka ruang Penjelajahan Ke anak.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akansegera tetapi, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya mengenai ekslusifitas.

Pelajaran AI dan Coding Hingga Sekolah Tertentu Berpeluang Eksklusifitas

Iradat memandang pelajaran AI dan coding Hingga sekolah tertentu bukanlah langkah yang tepat. Menurutnya, para guru-guru muda diharuskan mengajarkan logika matematika dan logika komputasi yang rasional dan kembali Ke Konsep dasar.

Guru-guru dinilai perlu melakukan peningkatan pengetahuan mengenai tools pembuatan coding. Iradat juga mempertanyakan kesiapan pemerintah perihal sarana-prasarana yang nanti digunakan guru dan murid, seperti kesediaan laptop atau Pc.

“Eksklusifitas pembelajaran itu tidak pernah bagus. Tidak perlu ambisius dan buru-buru Sebab ini semua harus disiapkan secara totalitas,” jelasnya Di laman UGM dikutip Rabu (20/11/2024).

Sebagai Alternatif ia mengusulkan agar pemerintah dapat menciptakan Inisiatif yang lebih inklusif dan merata. Iradat melanjutnya, jika Inisiatif ini hanyalah pilot project.

Ia menilai agar sampel percobaannya tidak hanya membidik sekolah Hingga kota-kota besar dan sekolah yang sudah maju saja. Prinsip pemerataan dan keadilan baginya harus menjadi hal yang utama.

“Kalau nanti hanya memilih Hingga sekolah yang bagus, itu berarti cherry picking (pembenaran sepihak),” imbuhnya.

Perhatikan Kesanggupan Siswa

Iradat melanjutkan jika pelajaran AI dan coding juga perlu memperhatikan kesanggupan siswa. Ia mengingatkan agar pemerintah tidak memberi beban Ke anak hanya Untuk menciptakan talenta digital.

“Materi ajar harus sesuai Bersama kapasitas anak,” kata Iradat.

Menurutnya, bekal yang pertama kali harus diberikan Ke siswa adalah logika berpikir. Ia menjelaskan jika sebagai programmer seseorang harus dapat menyelesaikan masalah secara berurutan Di sistem coding. Dari sebab itu, diperlukan juga pengajaran moral mengenai kesabaran dan ketelitian tinggi Supaya tidak perlu mengulang pekerjaan Bersama awal.

“Siswa harus diberi pemahaman hakikat Bersama proses agar tidak terjebak Bersama keinstanan AI,” katanya.

Harus Diimbangi Ilmu Sosial

Iradat Berkata, kemajuan Sains, Technology, Engineering, and Mathematic (STEM) harus diimbangi Bersama ilmu-ilmu sosial agar tercipta kolaborasi antardisiplin ilmu. Ia berharap Bersama mengajarkan STEM dan ilmu sosial secara beriringan dapat menghasilkan generasi muda yang melek Permasalahan sosial.

Ia percaya, individu yang Memiliki kemampuan STEM dan bisa tumbuh Bersama kultur social science yang baik Akansegera menghasilkan generasi emas.

(nir/nwy)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: AI dan Coding Hanya Akansegera Diajarkan Hingga Sekolah Terpilih, Pakar UGM: Jangan Eksklusif