Jakarta –
Indonesia Memiliki potensi menghasilkan sampah elektronik Untuk jumlah yang besar. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Di 2021 saja Indonesia mempunyai timbunan sampah elektronik mencapai 2 juta ton.
Pulau Jawa merupakan penyumbang lebih Untuk separuh sampah elektronik Di tahun itu. Kontribusi limbah elektronik Untuk Pulau Jawa mencapai 56%. Meski demikian, sampah-sampah ini juga Memiliki Potensi yang besar Bagi urban mining.
Urban mining, Untuk artikel berjudul “Potensi Penerapan Urban Mining Untuk E-Waste Berbasis Ekonomi Sirkular Untuk Pembangunan Berkelanjutan Di Bukittinggi” Untuk jurnal Himasapta Vol 7 No 1, April 2022: 11-16 Dari Ilham dkk didefinisikan sebagai proses reklamasi bahan baku Untuk produk bekas, bangunan, dan limbah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Urban mining merupakan Dibagian Untuk ekonomi sirkular yang menyebabkan suatu Barang Dagangan bisa dipakai Pada Mungkin Saja dan penggunaannya mencapai nilai maksimum. Konsep urban mining maka Untuk itu, juga berkontribusi Mengurangi dampak lingkungan.
Inilah Dibagian Untuk Konsep yang Berencana segera dihadirkan Dari Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Melewati Fakultas Metalurgi.
Prospek Ekonomi Bersama Manfaat Lingkungan
Rektor UNU Jogja, Widya Priyahita Pudjibudojo menyebut Bersama melakukan recycle bahan-bahan elektronik, maka tak perlu lagi menambang alam. Pasalnya, jumlah sampah-sampah modern ini memang sudah sangat banyak.
“Ketika Di-recycle, menjadi bahan mentah kembali, diolah kembali, menjadi bahan Terbaru kembali,” ujar Widya ketika dihubungi detikEdu Di Senin (2/6/2025) lalu.
“Misalkan gini deh, Kendaraan Pribadi. Itu kan sekarang kita berlomba-lomba Bagi Membuat Kendaraan Pribadi Elektrik Di ramah lingkungan. Tapi kan itu bukan convert atas Kendaraan Pribadi fosil kan. Dia adalah Kendaraan Pribadi Terbaru, bukan Kendaraan Pribadi yang ada, mesinnya diganti atau Di-top up,” jelasnya.
“Nah, ketika semua Kendaraan Pribadi itu nanti adalah Kendaraan Pribadi Elektrik, Kendaraan Pribadi-Kendaraan Pribadi yang fosil itu, mau diapain pakainya? Nah, urban mining itu Melakukanupaya melakukan recycle yang sudah tidak terpakai. Nah, sebenarnya prospek urban mining sangat bagus,” ungkap Widya.
Potensi Besar, Tapi Belum Banyak Ahli
Widya mengatakan potensi urban mining besar sekali. Sayangnya, belum banyak orang Memiliki keahlian Di bidang tersebut.
“Dan itu salah satu solusi atas problem lingkungan Di dunia.Dan Di Indonesia industri urban mining belum ada, belum jalan.Sekolahnya juga belum ada,” kata Widya.
Ia menyebut yang membedakannya Bersama kampus lain yang telah Memperkenalkan Langkah studi atau fakultas metalurgi adalah, fokus UNU Jogja Di urban mining. Di Di Itu, menurutnya belum ada kampus berlandaskan NU yang menawarkan studi metalurgi.
“Setahu saya belum ada kampus NU yang punya metalurgi,” imbuhnya.
Memberi Apa yang Dibutuhkan Industri
Untuk Memperkenalkan Fakultas Metalurgi ini, UNU Jogja ber-partner Bersama perusahaan asal China, GEM Co Ltd. Widya menyebut perusahaan ini salah satu Olahragawan besar Untuk bidang urban mining. Untuk konteks ini, UNU Jogja membangun fakultas bersama GEM Co Ltd.
Widya menyampaikan nantinya kurikulum yang dihadirkan Berencana sesuai Bersama kebutuhan industri.
“Ini kampus, ini industri, gabung bikin produk. Mereka pasti memakai,” tuturnya.
“Produknya memang dibuat sesuai kebutuhan. Kurikulumnya dibuat memang sesuai kebutuhan,” katanya lagi.
Widya menyebut, Konsep kerja sama kampus Bersama industri seperti yang dilakukan UNU Jogja dan GEM Co Ltd menjadi model nasional. Dua pekan Sebelumnya Itu, Widya melakukan presentasi Di Di sektor pemerintah yang Di antaranya ada Kementerian ESDM dan Kementerian Pembelajaran Tinggi, Sains, dan Ilmu Pengetahuan. Di presentasi tersebut, pihaknya memaparkan Konsep pendirian Fakultas Metalurgi ini seperti apa agar dapat direplikasi.
“Karena Itu nanti kalau misalkan, ada Penanaman Modal masuk Di Indonesia, arah investasinya itu harus bekerja sama Bersama kampus. Mereplikasi apa yang kita lakukan Pada ini,” ungkapnya.
Berapa Mahasiswa Angkatan Pertama?
Fakultas Metalurgi UNU Jogja Awalnya Berencana menawarkan Langkah studi S1. Widya menyebut, Di depannya juga Berencana disusul Langkah S2 dan S3.
“Rencananya Mungkin Saja 100 (mahasiswa Terbaru S1) ya, Di tahun pertama,” ucapnya.
Ia menyampaikan, UNU Jogja juga sudah menyiapkan beasiswa Bagi Kandidat mahasiswa metalurgi.
“Setidaknya Untuk lima tahun Di Di Indonesia butuh Disekitar 30.000 talent metalurgi dan sekarang Bersama prodi yang ada itu paling hanya mentok menghasilkan Disekitar 1.000 (talenta) metalurgi pertama. Artinya Untuk tahun kelima ada lima ribuan. Itu gap-nya ada 25.000. Karena Itu buat Kandidat mahasiswa ini Karena Itu prospek yang Memikat,” terang Widya.
Selain Langkah studi bergelar, juga Berencana ada Langkah nongelar (non degree) Di fakultas ini. Bentuk Langkah nongelar itu seperti pelatihan maupun yang lainnya.
(nah/nwk)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Ada Potensi Besar Urban Mining Di RI, UNU Jogja Siap Buka Fakultas Metalurgi