Jakarta –
Sejumlah Daerah Di dunia melegalkan pengomposan jasad manusia Untuk beberapa tahun terakhir. Trend Populer ini memicu sejumlah pro-kontra Di Di Kelompok berbagai Negeri.
Pengomposan manusia adalah tata cara penguburan jasad manusia yang Berencana diolah Untuk sejumlah tahap Supaya berubah menjadi tanah atau kompos. Di 2023, Harvard Business Review mendapati Gaya peningkatan minat pemakaman berkelanjutan seperti pengomposan manusia.
Per 2024, setidaknya tujuh Negeri Dibagian Amerika Serikat, termasuk New York hingga Nevada, telah melegalkan pengomposan manusia Di Negeri bagiannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses Pembuatan Kompos Untuk Jasad Manusia
Mengutip Encyclopaedia Britannica, proses pengomposan manusia biasanya meliputi tahap menutupi jasad Didalam bahan tanaman Di ruang khusus agar dapat terurai menjadi tanah organik dasar Untuk 60-90 hari.
Berbeda Didalam penguburan Untuk tanah Di umumnya, jasad manusia Di proses kompos ini ditempatkan Di wadah baja yang berisi jerami, alfalfa, dan serbuk gergaji atau substrat organik lain.
Tahap Di atas memungkinkan percepatan atas dekomposisi jasad, yang biasanya dilakukan petani Untuk pengomposan bangkai hewan.
Sesudah dimasukkan, jasad manusia ditimpa lagi Didalam jerami, alfalfa, dan serbuk gergaji. Wadah baja tersebut lalu ditutup, diatur Di suhu 55-71 derajat C dan diberi aliran oksigen Untuk aerasi.
Tahap tersebut bertujuan Untuk membantu organisme mikroba pengurai. Tahap ini juga dapat membunuh patogen (mikroorganisme penyebab Gangguan) agar hasil kompos aman digunakan.
Hasil penguraian usai 30 hari diayak agar terpisah Untuk bahan anorganik seperti peralatan medis Di Untuk jasad. Sedangkan sisa kerangka yang masih utuh lalu dihancurkan dan disatukan lagi Didalam tanah hasil kompos.
Kompos campuran tersebut lalu dimasukkan Di wadah pengawetan Untuk dikeringkan dan diawetkan Pada 2-4 minggu.
Hasil pengomposan manusia menghasilkan kurang Untuk 1 meter kubik tanah. Hasil kompos diberikan kembali Di keluarga almarhum, biasanya digunakan Untuk menanam pohon Di taman memorial, atau disumbangkan Untuk upaya konservasi lingkungan.
Pro-Kontra Kompos Manusia
Pengomposan manusia semula dikembangkan Katrina Spade Untuk layanan Di perusahaannya Di Seattle, AS, Recompose. Langkah ini Lalu diikuti perusahaan lain seperti Return Home dan Interra Green Burial.
Negeri Dibagian Washington melegalkan pengomposan manusia mulai 2019, Colorado dan Oregon Di 2021, Vermont dan California Di 2022, New York dan Nevada Di 2023, dan Delaware, Maryland, serta Arizona Di 2024. Sambil Itu Di Kanada, kendati belum sah secara hukum, opsi pengomposan manusia menjadi populer.
Manfaat Kompos Jasad Manusia Di AS
Sejumlah manfaat pengomposan manusia Merangsang orang Untuk mendukung opsi pemakaman ini.
Berikut sejumlah manfaat kompos manusia seperti dijelaskan Associate Professor Studi Organisasi dan Perdagangan Berkelanjutan dan Direktur Institute for Sustainable Commerce, University of Guelph, Rumina Dhalla dan Assistant Professor – Teaching Track, Fakultas Ekonomi, University of Waterloo, Stephanie M Villers Untuk The Conversation:
- Lebih murah daripada pemakaman Di Amerika Serikat, yakni mulai Untuk USD 5.000 (Rp81 juta) Untuk kompos manusia banding USD 7.800 (Rp127 juta) Untuk pemakaman biasa atau USD 7.000 (Rp114 juta) Untuk kremasi.
- Tidak ada tahap pembalsaman jasad yang membuat bahan kimia balsam meresap Di tanah, Supaya lebih ramah lingkungan
- Tidak menggunakan peti mati yang butuh bahan baku lebih banyak dan mahal.
- Tidak menggunakan banyak lahan Supaya menjawab masalah keterbatasan lahan.
- Tidak menggunakan banyak energi dan tidak Menerbitkan emisi berbahaya Di lingkungan, tidak seperti kremasi yang menghasilkan 573 pon CO2 per jenazah dan 360 ribu metrik ton emisi CO2 per krematorium Di AS per tahun
- Pengomposan manusia menghemat Disekitar 1 metrik ton CO2 dibandingkan Didalam pemakaman dan kremasi tradisional.
Pengomposan Jasad Manusia Dinilai Tidak Bermartabat
Dilansir NPR, salah satu alasan pengajuan RUU pelegalan pengomposan manusia Di California adalah emisi kremasi Pada Wabah Internasional akibat banyak orang meninggal. Banyaknya emisi kremasi Pada itu sampai melanggar aturan distrik soal udara setempat, kata anggota Majelis Negeri Dibagian Cristina Garcia yang berhaluan Demokrat.
Sambil Itu, Konferensi Katolik California Pada itu Mengungkapkan kekhawatiran bahwa pengomposan manusia tidak aman Untuk menangani elemen beracun Di tubuh, mulai Untuk implan gigi hingga Penanganan kemoterapi. Mereka menilai hasil studi tanpa tinjauan sejawat yang dijadikan landasan Untuk pihak Recompose tidak cukup.
Para uskup juga menilai pengomposan manusia dan penebarannya adalah tindakan yang tidak memartabatkan almarhum.
“Hal itu berisiko menyebabkan orang menginjak jenazah manusia tanpa sepengetahuan mereka,” tulis Konferensi Katolik tersebut.
“Sedangkan penebaran jenazah berulang kali Di area yang sama, sama saja Didalam kuburan massal,” sambungnya.
Spade Untuk Recompose Mengungkapkan, pihaknya pernah meminta pendeta Untuk memberkati jenazah dan tanah hasil kompos. Ia menambahkan perusahaannya juga sudah membuat kompos Untuk banyak umat Katolik.
Kompos Jasad Manusia Bisa Tularkan Gangguan
Sebelumnya Di November 2022, Profesor Kesejajaran Lingkungan Universitas Airlangga, Prof Dr Ririh Yudhastuti drh M Sc menyoroti risiko penularan Gangguan Untuk jasad Di tanah kompos. Opsi pengomposan manusia juga tidak lazim Untuk umat Islam.
“Sebab takutnya Berencana menyebarkan Gangguan. Contohnya hewan yang kena Gangguan antraks, rabies, atau Gangguan ini (lain) itu menguburnya pun kalau orang dulu menggunakan gamping. Itu artinya apa? Kita mematikan mikroorganisme, parasit atau apa, Mutakhir kita kubur. Atau kalau bisa kita bakar atau kremasi. Itu fungsinya mematikan kuman-kuman yang nanti bisa tumbuh Di tanaman,” katanya Untuk laman resmi Unair, dikutip Senin (10/2/2025).
Contoh lainnya, Prof Ririh menjelaskan, penanganan jasad terinfeksi COVID-19 yang tingkat penularannya tinggi membutuhkan penguburan minimal sedalam 3 meter atau lebih dan tidak berada Di Disekitar sumber air.
“Itu Mutakhir satu Gangguan. Gangguan lain banyak, seperti HIV/AIDS dan antraks. Itu bisa menularkan Di tanaman Di atasnya. Terus beberapa ayam (burung unta) yang memakan Di situ seperti biji-bijian itu ada antraksnya. Walaupun dia tidak terkena antraks, tapi DNA-nya ada (antraks),” ucap Ririh.
Ia Mengantisipasi Negeri Dibagian seperti Colorado punya Kearifan Lokal Global dan Situasi Lingkungan yang mendukung legalisasi metode pengomposan manusia.
“Didalam Sebab Itu, Bisa Jadi hal semacam itu (pengomposan manusia) biasa disana. Dan, Di sana tanahnya kan kering, Didalam Sebab Itu tidak banyak ini (unsur hara),” terangnya.
Untuk Encyclopaedia Britannica, dijelaskan bahwa orang yang Pada ini tidak bisa Memutuskan opsi pengomposan manusia adalah mereka yang Memiliki Gangguan prion.
Gangguan prion merupakan jenis Gangguan yang timbul Sebab protein yang biasanya tidak berbahaya berbentuk abnormal dan ditemukan Di otak. Prion memicu Gangguan neurodegeneratif mematikan Di hewan dan manusia, seperti Gangguan menular ensefalopati spongiform.
(twu/faz)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Gaya Kompos Jasad Manusia Picu Pro-Kontra, Beberapa Daerah Di AS Melegalkan