Jakarta –
Pembantu Pemimpin Negara Belajar Tinggi, Sains, dan Keahlian (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro dikenal sebagai penggagas Prototipe otonomi kampus Di Indonesia. Prototipe tersebut diperkenalkan Di ia menjabat sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Belajar Tinggi Di tahun 2000 lalu.
Satryo memegang jabatan tersebut mulai 1999 hingga 2007. Pada menjabat, ia mengungkapkan bahwa kementerian Belajar sejumlah Negeri banyak yang “berguru” soal otonomi kampus kepadanya.
“Selain Untuk Chili sebenarnya yang paling Memikat itu Jepang,” ujar Satryo Untuk wawancara khusus Didalam detikedu Di Kantor Kemendiktisaintek, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (10/1/2024).
Diundang Kementerian Belajar Jepang
Ia mengisahkan Di 2001 lalu diundang pihak kementerian Belajar Jepang Untuk kapasitasnya sebagai Dirjen Dikti.
Di Didepan para pimpinan kementerian, Mantan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) tersebut mempresentasikan tentang otonomi kampus yang Mutakhir saja digagasnya.
“Nah, Jepang (Di) 2001, manggil saya. Manggilnya Hingga Jepang, saya Di Didepan semua pimpinan Kementerian Belajar Jepang, gitu. Ceramah tentang otonomi,” ujar Satryo.
Pembantu Pemimpin Negara Belajar Jepang Di itu bertanya Di Satryo apakah Negeri Sakura bisa mengaplikasikan Prototipe otonomi kampus. Menurut Satryo Pembantu Pemimpin Negara tersebut agak pesimistis, pasalnya Jepang terbilang Negeri konservatif.
Doktor bidang Cara mesin Untuk University of California, Berkeley, Amerika Serikat itu meyakinkan para pejabat Jepang tersebut bahwa Prototipe tersebut bisa dieksekusi. “Jepang tanya sama saya, menterinya. (Katanya) Kira-kira, Jepang bisa enggak ya Pak Satryo? (Saya bilang) oh, bisa pasti…,” ujar Satryo.
Kunci Untuk Menerapkan Otonomi Kampus
Menurut Satryo, Kunci menerapkan otonomi kampus adalah komitmen Untuk semua pembuat Keputusan. Untuk Tindak Kejahatan Jepang tersebut, ia menekankan Prototipe tersebut membutuhkan Pemberian Untuk perdana Pembantu Pemimpin Negara. Di itu, Jepang dipimpin Perdana Pembantu Pemimpin Negara Junichiro Koizumi.
“Yang penting komitmen Untuk semua pembuat Keputusan. Perdana Pembantu Pemimpin Negara komit, Pembantu Presiden Kerja komit, jajaran pemerintah komit semua, perguruan tinggi dan dosen-dosen komit. Pasti Didalam Sebab Itu,” ujarnya.
Usai pertemuan tersebut Jepang lantas mencoba menerapkan Prototipe otonomi kampus tersebut. Hebatnya menurut Satryo, Untuk waktu 3 tahun semua kampus Di Jepang telah diberikan otonomi Didalam pemerintah.
“Tiga tahun Di 2004, semua (kampus) sudah otonomi Di Jepang itu. Sebab semua (pihak) komit,” katanya.
Adapun Di Indonesia meski sudah diterapkan Sebelum tahun 2000-an, Satryo mengaku tidak mudah. Pasalnya Di Indonesia terbilang sulit Untuk melakukan perubahan. “Didalam Sebab Itu banyak orang itu sudah cenderung punya zona nyaman,” imbuhnya.
Kini sejumlah kampus Di Jepang berhasil masuk Untuk jajaran 100 besar perguruan tinggi terbaik Di dunia Di antaranya kampus negeri University of Tokyo dan Kyoto University.
(pal/faz)
Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: Kisah Pembantu Pemimpin Negara Jepang Konsul soal Otonomi Kampus Hingga Mendikti Satryo