45.000 Lulusan S1 Putus Asa Cari Kerja


Jakarta

Susahnya memperoleh pekerjaan yang dirasakan banyak orang, masih menjadi salah satu Permasalahan serius yang belum terurai Ke Indonesia. Tetapi, ada permasalahan lain yang tidak kalah penting, yakni Kejadian Luar Biasa penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan Lantaran putus asa.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Komunitas Fakultas Ekonomi dan Usaha Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyorot hal ini. Jika dilihat Untuk proporsi total angkatan kerja, kelompok ini memang kuantitasnya kecil. Meski begitu, keberadaan mereka Menunjukkan adanya hambatan struktural yang tidak tertangkap indikator konvensional seperti tingkat pengangguran terbuka (TPT) atau tingkat partisipasi angkatan kerja.

Alasan Ke balik keputusasaan tersebut juga beragam. Ada sebagian yang yakin Potensi kerja memang tidak tersedia, Pengalaman Hidup kerja Dikatakan tidak memadai, Kekuatan yang tidak sesuai kebutuhan pasar, hingga persepsi mengenai usia yang Dikatakan tidak menguntungkan Bersama pemberi kerja.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana Risikonya Jika Dibiarkan?

Jumlah penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari kerja Lantaran putus asa Meresahkan Ke 2025. Per Februari lalu, jumlahnya menjadi 1,87 juta orang Untuk yang semula 1,68 juta Ke Februari 2024.

Berdasarkan laporan LPEM FEB UI yang ditulis Bersama Muhammad Hanri, PhD dan Nia Kurnia Sholihah, ME Bersama tajuk “Membaca Sinyal Putus Asa Ke Pasar Kerja Indonesia” ini, kenaikan jumlah Komunitas putus asa ini dapat ditafsirkan sebagai Tanda-Tanda tekanan struktural Ke pasar kerja, bukan sekadar fluktuasi statistik.

Kejadian Luar Biasa ini mengindikasikan titik-titik Ke mana sistem Pembelajaran, pelatihan, dan layanan ketenagakerjaan gagal Menyediakan jalur masuk yang kredibel Ke pasar kerja.

Bagaimana jika dibiarkan? Keputusasaan Komunitas ini bila dibiarkan begitu saja ini berisiko memperlebar kesenjangan Antara mereka yang mampu memanfaatkan Potensi ekonomi Terbaru dan mereka yang merasa pasar kerja bukan lagi ruang yang layak dicoba.

45 Ribu Lulusan S1 dan Lebih 6 Ribu Lulusan Pascasarjana Putus Asa

Berdasarkan data LPEM FEB UI per Februari 2025, lebih Untuk separuh kelompok putus asa berasal Untuk penduduk Bersama Pembelajaran SD atau tidak tamat SD. Angka tersebut Menunjukkan hambatan struktural yang dialami kelompok Bersama Pembelajaran rendah, jauh lebih Untuk Untuk semata kurangnya lowongan.

Kelompok putus asa yang Memiliki Pembelajaran rendah Berusaha Mengatasi kombinasi keterbatasan kemampuan dasar, akses lebih kecil Pada informasi pasar kerja, dan Potensi mobilitas naik yang amat terbatas.

Tetapi, tantangan Kekuatan juga menimpa lulusan SMP dan SMA. Ada banyak pekerjaan formal Bersama Keinginan kompetensi yang keterampilannya tidak didapat Ke sekolah menengah. Agar, mereka berisiko tidak Bersaing Pada Berusaha Mengatasi proses rekrutmen yang Lebihterus ketat.

Malahan, komposisi lulusan SMK yang putus asa juga mengisyaratkan kesenjangan Antara kurikulum vokasional dan kebutuhan nyata tempat kerja.

Terakhir, lulusan Pembelajaran tinggi memang hanya menyumbang kuantitas kecil dibandingkan jenjang lainnya. Meski begitu, Di 45 ribu lulusan S1 dan lebih Untuk 6 ribu lulusan pascasarjana dilaporkan putus asa Untuk mencari pekerjaan.

Tetapi, kelompok Pembelajaran tinggi tersebut biasanya Berusaha Mengatasi hambatan berbeda. Beberapa hambatan tersebut seperti harapan upah yang tidak terpenuhi, ketidaksesuaian Antara bidang studi dan Potensi kerja, dan persepsi diskriminasi usia Untuk lulusan Terbaru yang masuk dunia kerja Ke usia lebih matang.

Hal ini Menunjukkan keputusasaan mencari kerja bukan didominasi kelompok Pembelajaran rendah, tetapi bisa timbul Pada janji mobilitas naik Untuk Pembelajaran tinggi tidak terwujud.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional 2025 Bersama BPS Bersama olahan LPEM FEB UI, persentase penduduk putus asa cari kerja berdasarkan jenjang lulusan adalah:

  • SD atau tidak tamat SD: 50,07%
  • SMP: 20,21%
  • SMA: 17,29%
  • SMK: 8,09%
  • Diploma: 1,57%
  • S1: 2,42%
  • S2 dan S3: 0,35%

Untuk kajian internasional, lembga seperti International Labour Organization (ILO) dan Lembaga Keuangan Internasional memandang discouraged workers atau angkatan kerja yang putus asa ini sebagai indikator dini rapuhnya dinamika permintaan dan penawasan tenaga kerja.

(nah/faz)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: 45.000 Lulusan S1 Putus Asa Cari Kerja