2 Peraih Nobel Hadir Di KSTI 2025, Beri Pesan Ini Bagi Ilmuwan RI



Jakarta

Dua peraih Apresiasi saintis bergengsi Nobel Prize hadir Di Konvensi Sains dan Ilmu Pengetahuan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Mereka adalah Sir Konstantin Sergeyevich Novoselov dan Brian Schmidt.

Sir Konstantin Sergeyevich Novoselov merupakan fisikawan berdarah Rusia-Inggris. Ia meraih Nobel Prize Fisika Di 2010.

Sambil Brian Schmidt adalah fisikawan dan astronom asal Amerika. Ia meraih Nobel Prize Fisika juga Di 2011.


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Plenary Session KSTI, Schmidt dan Novoselov menyampaikan paparan tentang manfaat Kajian Bagi kemajuan suatu Negeri. Novoselov menyebut pengetahuan sains tak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses berkelanjutan.

“Negeri maju bukan Sebab teknologinya lebih dulu, tapi Sebab mereka serius membangun talentanya. Talenta itu tersebar merata Di dunia. Yang membedakan hanya kesempatan,” katanya Di Auditorium Sabuga ITB Di Kamis (7/8/2025).

Novoselov: Indonesia Bisa Fokus Kajian SDM

Novoselov melihat potensi Indonesia Memperoleh penduduk Di jumlah tinggi. Maka Itu, menurutnya Indonesia punya potensi besar jika fokus melakukan Kajian dan Membuat SDM yang ada.

“Kita sudah sampai Di titik Di mana kita bisa mendesain material sesuai kebutuhan, bukan sekadar memakai apa yang ada. Tapi semua itu butuh orang-orang yang bisa berpikir lintas bidang, kreatif, dan punya ruang Bagi berkembang,” jelasnya.

Ia juga menyinggung soal era Mutakhir material. Di mana material buatan kini sudah bisa dirancang Justru sampai tingkat atom. Kepada ribuan ilmuwan yang Merasakan paparannya ia berpesan agar tidak berhenti melakukan Kajian, Kendati awalnya iseng.

“Bekerjalah keras, tetap penasaran, dan cintai apa yang kamu kerjakan. Temuan besar sering lahir Di eksperimen iseng yang dilakukan Di rasa ingin tahu,” katanya.

Schmidt Beri 4 Kunci Sukses Di Kajian

Adapun Schmidt memaparkan empat Kunci sebuah Negeri bisa sukses Di Kajian. Pertama adalah membina ekosistem Kajian tanpa hambatan.

Menurutnya, jarak Di lembaga Kajian, industri dan universitas mesti pendek. Supaya ketiga pihak tersebut bisa saling berkolaborasi.

Kedua, Schmidt menyarankan pemerintah agar tidak memperketat Aturan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ia mencontohkan Stanford yang sumber pendapatannya tidak berasal Di royati tetapi Sebab bisa membangun ekosistem Usaha yang baik Di industri.

Ketiga yakni komitmen agar Penanaman Modal Di Negeri dilakukan Di jangka panjang. Contoh Negeri yang berprinsip ini adalah Singapura.

“Singapura, contoh Negeri yang berhasil Memperbaiki GDP tanpa sumber daya alam, tapi konsisten berinvestasi Di Kajian dan Ilmu Pengetahuan Di 40 tahun,” katanya.

Terakhir yaitu kebebasan peneliti. Kebebasan Membuat ini merupakan Penanaman Modal Di Negeri penting agar lahir terobosan-terobosan terbaru.

(cyu/faz)

Artikel ini disadur –> Detiknews.id Indonesia: 2 Peraih Nobel Hadir Di KSTI 2025, Beri Pesan Ini Bagi Ilmuwan RI